Friday, September 26, 2014

Jangan Buat Malu Nak!

Oleh: Raniansyah

Jangan buat malu nak!
pesan dua insan tercinta
untukmu insan penuntut ilmu
untukmu para pelayan Bangsa

Jangan buat malu ibu-bapak nak!
dihadapan Tuhan, Tuhan kita
maka laksakan kewajibanmu sebagai hamba-Nya
jangan ingkari janjimu

Jangan buat malu ibu-bapak nak
di sana, di tanah tempat kamu berpijak
maka jadilah penuntut tanpa harus dituntut
belajarlah menghargai tanah tempat kakimu berdiri

Jangan buat malu ibu-bapak nak!
Jika kelak kau jadi pelayan bangsa
Pahamilah makna ketulusan
belajarlah tentang arti mengabdi
agar kau jauh dari menjajah bangsamu sendiri

Jangan buat malu ibu-bapak nak
dihadapan teman-temanmu
maka jadilah teman yang baik
perlakukan seperti saudaramu

Jangan buat malu ibu-bapak nak!
pada wanita-wanita yang mengagumimu
Hargai dan belajarlah mencintai
belajarlah untuk menjaga dan setia

Jangan buat malu ibu-bapak nak!
di kampung kami banyak bercerita
tentang anak kebanggaan kami
jangan retakkan kisah kami

Bapak-ibu kian menua
Kelak jika ibu-bapak menghadap Tuhan
jangan buat malu ibu-bapak nak!
kami ingin bercerita pada Tuhan
kami memiliki anak-anak hebat di dunia

Jangan buat malu ibu-bapak nak!
hanya itu harap kami,
agar damai hati kami,
agar tenang kami di penghujung masa

Makassar, 23 September 2014

Kudedikasikan untuk seluruh penuntut ilmu dan perantau yang menapaki karir di seluruh tanah air yang saat ini berpisah dengan orang Tua. Ingatlah "Jangan buat malu orang tua," !. Setiap anak adalah kebanggaan bagi orangtuanya (apalagi jika anak pertama dan laki-laki). Mungkin tidak semua orangtua mengatakan ini, tapi Percayalah...setiap orang tua mengharapkan ini dari anak-anaknya! Hanya ini !!
maka jangan mencipta retak pada kebanggaan mereka, maka jangan buyarkan harap ini ...


Wednesday, September 10, 2014

Puisi: Senja

Senja
Karya: Raniansyah

Kasih..
aku ingin menyayangimu
Sperti senja yang tak pernah bosan berwarna jingga di langit baratku juga langit baratmu

Kasih...
Jika kau rindu padaku..
Tanyakan aku pada senja 
Hingga jingganya berubah hitam..
Aku berharap bisa mencintaimu
Hingga senja hidupku
Bahkan ketika jingga yang terlihat
kini berubah gelap hitam
Bersama nafas yang beranjak pergi

Kasih...
Kita memahami 
Senja pasti berganti jadi malam
Tapi semoga tak ada sedih
Di setiap pergantiannya...saat kita menyadari, esok tak ada lagi senja 
Kasih.. kau tahu bintang terlihat jelas saat malam dtang bukan ketika senja. 
Mungkin aku ada diantara bintang itu
Menatapmu penuh rindu namun kita tak mampu saling menggapai...
Maka kenanglah aku...walau bgitu banyak tangis yang kucipta dari pagi, siang, hingga ujung senjaku...

Kasih...
Kutitipkan salamku pada senja esok
Kutulis malam ini..senja tadi terasa bgitu cepat bagiku...
Walau ku tak mampu memastikan esok senja masih bersamaku 
saat ia mnyampaikan salamku

Pangkep, 13 Agustus 2014

Puisi: Malam

Malam
Karya: Raniansyah

Sepimu nasehatiku banyak hal
Perjuangan, pengorbanan
bahkan tentang kesabaran dan cinta
Gelap bukan berarti mendung
Hitam bukan berarti tak bersahabat
Bahkan bgitu bnyak mulia
Yang datang bersama sepimu
Tuhan terasa bgitu dekat saat tiba masamu, hanya kau msih banyak diam. Mungkin kau percaya diam itu emas, tanpa kau sadar kini diam bnyak ditindas..

Malam,
Banyak yg kehilanganmu
Mreka terlelap menanti pagi
tanpa kau ceritakan sedikit rahasiamu, Rahasia yang kini kau bisikkan lewat nyanyian angin malam yg tusuk ruang terdalamku,
Nasehat-nasehat hening
yang paksaku bertahan lebih lama bersamamu

Malam...
Hanya kau yang ingatkan
Suara setiap detakan jam
Sepertinya suaranya lebih nyaring bersamamu atau karena kau terlalu diam.
Kini kuingat lgi bahwa detakan itu terus berjalan seirama detak di dada kiriku. Kini kurenungkan lgi.. irama itu suatu saat pasti berhenti.
Skali lagi kau nasehatiku bersyukur
Dan ingat Tuhanku..

Malam.....
Berbisik dan nasehati lbih bnyak lagi
Aku ingin bertahan lbih lama..
Tapi aku harus bersabar
Rotasi harus mengantarmu ke sisi lain dari situ kutahu Tuhanku adil...
Kunanti terus wejanganmu
Hingga irama kan berhenti...

Makassar, 19 Agustus 2014

Saturday, May 24, 2014

Puisi: Jauh

oleh: Raniansyah Rahman

aku masih mencari definisi "jauh"
mungkinkah jauh itu sejauh mata memandang
ataukah kala langit dan bumi terlihat berjabat
mungkin aku terlalu jauh untuk bisa mengerti

Mungkinkah jauh bisa berkawan dekat
mampukah jauh toleren dengan rindu?
ahh, kadang aku merasa jauh disaat dekat
kadang akupun merasa dekat saat jauh

syair Jauh
mungkin terlalu jauh untuk dipahami
aku msih sulit membuat bumi dan langit berjabat
mataku rabun untuk baca keadaan
kapankah aku mengerti tentang jauh?
mungkin aku akan benar-benar jauh...

Tamalanrea, 8 Mei 2014

Puisi: Gadis Kecil di Persimpangan Jalan

oleh : Raniansyah

Pakaian usang nan kumal membalut tubuh mungilnya
tak ada yang mendekatinya
sorot matanya tajam melihat sekelilingnya
seolah di rimba ganas yang menghantuinya
dia seperti pasir di tumpukan mutiara
asing di negeri yang terasing
aroma tubuhnya kecut, masam, asin, campur tak menentu
"Tidak Tahu", jawabannya hanya itu setiap kutanya
dia tak tersentuh fasilitas
dia tak menikmati sedikitpun hak
dia juga tak punya suara menuntut janji manis lima sila

Gadis kecil di persimpangan jalan
dia punya jawaban istimewa soal keberadaan orangtuanya
"Mencari uang bersama Tuhan"
tapi aneh, dia tak mengenali orangtuanya
dia hanya bisa menatap langit, lalu tertunduk layu..
sorot matanya yang tajam
kini pudar berkaca-kaca
ahh...aku tahu dia ini manusia
aku paham dia hanyalah gadis kecil
dia bahkan berhak punya perasaan
aku hanya bingung,
mobil mewah plat merah lalu lalang
menyemprotinya gas beracun polusi
adakah yang peduli?
haruskah menjadi asing di negeri yang tlah terasing.

Gadis kecil di Persimpangan jalan
kapan dia proklamasikan kemerdekaannya?? !!

Makassar, 13 Mei 2014

Puisi: Cantik

oleh: Raniansyah

cantik....
syairku masih bingung tentang definisi
aku masih bergutat mengejar definisi
"cantik", atau apapun istilah orang
aku tidak peduli, aku masih mencari
apa maknamu?, dari mana asalmu?

malam ini aku melihat cantik
yang kutemukan dalam segaris senyum
bukan dari mata atau yang lainnya
adakah dari senyum turun ke hati?
aku masih bertanya, terus bertanya,
hingga bulan mengantarku pada matahari

cantik....
selalu saja menjadi alasan untuk pengagum
simbol yang melekat bagi apapun yang indah..
cantik...andai dia juga peka..
aku curiga, dia akan tersinggung lewat syair ini
cantik,... semoga kau tidak sadar
syair ini mengagumimu
Jika kau sadar, kau terancam!
terancam senyummu semakin cantik

Pangkajene, 15 Mei 2014

Puisi: Anu..

oleh: Raniansyah Rahman

anu...
bibirku bergetar
syair-syair tertahan di tenggorokanku
aku tak mampu berucap
aku gugup mengungkap
walau dapat kupastikan aku tak bisu
walau dapat kupastikan aku bicara benar

anu...
aku terpaku dalam diam
akupun bingung ini apa?
seolah aku dalam kaget terdahsyat
walau dapat kupastikan aku tak kaget

anu...
tak ada pendahuluan yang dapat kuucap
bgitupun kata pengantar yg tak sanggup kuungkap
jangan juga kau tanya aku soal daftar isi
mungkin aku hanya bisa memberikan isi, tapi tunggu!
'anu' masih bergetar di bibirku
jangan tunggu aku sampaikan penutup
karena tidak ada simpulan atas kisah ini

anu......anu.....anu...
Aku mencintaimu...
yah itu, aku sangat Mencintaimu kasihku

Pangkajene, 16 Mei 2014

Puisi: Definisi Cinta

oleh: Raniansyah

Cinta adalah keseimbangan
kala das solen dan das sein bergenggaman
di persimpangan tak terhingga arah
cinta adalah nyanyian takdir
nada rancu tak bermelodi yang menurutmu indah
suara rumpang yang kau dengar merdu
karena cinta bicara soal pahammu dan pahamnya
bukan paham orang lain....

Jangan paksa cinta membaca keadaan
karena tanpa kau paksa pun, ia adalah pembaca yang baik
jangan minta dia mendengar
karena tanpa kau pinta pun, ia pendengar yang baik
biarkan takdir menyanyikannya
karena takdir selalu paham
Lebih paham dari orang terdekat di sekelilingmu

"cinta bukan ketika kau berkata,
tapi ketika kau merasakan"
itu definisi cinta yang kudapat dari yang kucintai
hingga kini aku lebih banyak diam untuk mencintai
akupun belajar bisu untuk menyayangi
betul! karena cinta bukan pernyataan tapi perasaan
Jangan mudah percaya orang bicara cinta
sungguh bicara cinta lebih susah daripada bicara benar
Jangan pula percaya syair ini
karena sekali lagi cinta adalah soal pahammu dan pahamnya
bukan soal paham orang lain...

Pangkajene, 17 Mei 2014

Puisi: Kekasih Hati

oleh: Raniansyah

Ini sebingkai cerita tentang kekasih hati
aku masih rajin memperhatikanmu dari jauh
menatapmu begitu dalam di belakangmu
membaca kata demi kata yang kau bagi
lalu mendalami setiap like dan komentarnya
aku masih enggan meninggalkan kebiasaan lama
mengoleksi lukisan digital wajahmu
aku tak mau berhenti menulis
kutahu disetiap tulisku kau inspirasinya
kekasih hati, kau tak harus jadi pacarku
cukup kau setia jadi kekasih hatiku
walau kutahu berada di dalam sana tak begitu indah
tapi yakinlah semua akan romantis pada waktunya
kekasih hati, kutahu hati adalah penetral racun
mungkin kau adalah penawar setiap racun yang menggerogoti
karena aku percaya kau bukanlah racun
kalaupun toh kau bersikukuh menjadi racun
seumur hidupku aku rela kau racuni.
maka tetaplah di dalam sana
ajarkan bagaimana bersikap mesra
dalam rel-rel penghargaan seorang kekasih

Makassar, 20 Mei 2014

Puisi: Serpihan Kenangan

karya: Raniansyah

Dia datang menyambut biru langitmu
lalu datang lagi di langit putihmu
terus datang hingga jingga langit barat
langit menghitam pun ia tak kunjung pergi
terjaga bersama hingga larut dan terlarut
dalam satu makna yang masih dicari
dalam kata tak terdefenisi
dalam rasa yang belum terpahami
lantas tak sanggup berucap
bahkan sekedar menulis status "aku galau"
karam dalam duka dan bisu

kupikir ia akan bergegas pergi
kala rona jingga menghias langit timur
tapi ia masih setia dan terus begitu
hingga garis hitam menghias katup mata
ahh, kupikir benar-benar galau
tak sanggup terbang dengan sayap retak
juga tak mampu berlayar dengan layar sobek
ini bait-bait Galau, solusinya bukan nyanyian
bukan puisi apalagi status
Tuhan yang memahami rasa
Tuhan pula yang mengerti makna
maka,...Kutahu saat ini hanya pada Tuhan
dapat kuberbagi dan bersaksi...


Makassar, 25 Mei 2014

Puisi: Bait-Bait Galau

karya: Raniansyah

Dia datang menyambut biru langitmu
lalu datang lagi di langit putihmu
terus datang hingga jingga langit barat
langit menghitam pun ia tak kunjung pergi
terjaga bersama hingga larut dan terlarut
dalam satu makna yang masih dicari
dalam kata tak terdefenisi
dalam rasa yang belum terpahami
lantas tak sanggup berucap
bahkan sekedar menulis status "aku galau"
karam dalam duka dan bisu

kupikir ia akan bergegas pergi
kala rona jingga menghias langit timur
tapi ia masih setia dan terus begitu
hingga garis hitam menghias katup mata
ahh, kupikir benar-benar galau
tak sanggup terbang dengan sayap retak
juga tak mampu berlayar dengan layar sobek
ini bait-bait Galau, solusinya bukan nyanyian
bukan puisi apalagi status
Tuhan yang memahami rasa
Tuhan pula yang mengerti makna
maka,...Kutahu saat ini hanya pada Tuhan
dapat kuberbagi dan bersaksi...


Makassar, 25 Mei 2014

Sunday, April 6, 2014

Puisi: Ingin Lupalupalupalupa

Ingin Lupalupalupalupa
karya : Raniansyah


Ingin Lupalupalupalupa
bukan palupalupalupalu
yang hanya gores darah disetiap jejakku

Aku benci mengingat
ingatan hanya membawaku dalam luka
aku takut mengingat
ingatan hanya hanyutkanku dalam duka

Ingatan datang bersama hamparan  janji
seolah berucap “setiap kenangan itu Indah”
menghasutku agar aku tak lupa
hanyut dalam melodi yang ternyata nyanyian duka

Aku coba melawan ingat
agar aku dapat rasakan lupa
aku ingin lupalupalupalupa
bukan palupalupalupalu
 yang kini serang  bahagiaku

Ingin lupalupalupalupa
tapi ingat kelewat ego
menghantamku palupalupalupalu
hancurkan kisah barisan bahagia
yang datang beriringan  barisan duka
kini tinggal barisan duka
bersama inginku: lupalupalupalupa!!


Thursday, March 27, 2014

Andai perasaan mampu berbohong

Andai perasaan mampu berbohong
karya : Raniansyah 


Andai Perasaan mampu berbohong
'mungkin' aku akan trus berbohong
Menghindari pahit yang terasa 
menghampiri manis yang terpikir

Kadang pahit itu harus datang dari perasaan
tapi ku tidak mampu menghindarinya
layaknya anak kecil yang tak mampu menghindar,
ketika disuapi obat yang pahit
tapi 'mungkin' juga benar, pahit itu obat
tpi haruskah kita trus merasakan obat pahit?
tidak adakah yang manis?

Andai perasaan mampu berbohong
yang penting hanya jawaban 'ya'
setiap cinta yang datang, katakan 'ya'
setiap cinta meminta pergi pun katakan 'ya'
tak ada lagi kata 'tidak'

'Tidak', mungkin pahit
tapi 'tidak', bisa berarti baik
'ya' mungkin manis
tapi 'ya', mungkin tiada arti

Andai perasaan mampu berbohong
maka tak ada lagi orang setia
maka tak ada lagi yang berkata 'pahit'
maka tak ada lagi kasih-sayang.

Andai perasaan mampu berbohong
aku akan terus berkata 'ya'
hingga tiada hati yang tersakiti
Maaf, kadang aku harus bilang 'tidak'
itu lebih baik bagimu dan bagiku.

Makassar, 27 Maret 2014


Tuesday, March 25, 2014

Wakil? Demokrasi? Itu Apaan?

Wakil? Demokrasi? Itu Apaan?
Karya :Raniansyah
Jelangkung.....jelangkung
datang tak dijemput pulang tak diantar.
jelangkung...jelangkung
datang tak diundang, pulang tak diantar
Wakil? yah...mungkin mirip jelangkung jelang pemilu
hanya datang disaat kampanye
hilang ditelan bumi usai pemilu
jangankan batang hidung, jejak kaki pun tak terlihat
mereka begitu rajin memberi
memberi sarung berlabel 'Pilih Nomor'
memberi gula bermerek 'Pilih Nomor'
memberi duit dalam amplop berkop 'pilih nomor'
sepertinya sudah ada Industri 'Pilih Nomor'
mungkin juga demokrasi itu adalah Industri.
Wakil? wakil rakyat?
MUNGKIN' benar mereka mewakili
mewakili rakyat menikmati makanan enak
mewakili rakyat naik mobil mewah
mewakili rakyat hidup di rumah mewah
Jalan-jalan keluar negeri pun telah diwakili.
MUNGKIN... tugas rakyat hanyalah diam
karena semuanya sudah diwakili..
Ahh!! Silentium est Aureum, diam adalah emas. benarkah???
TIDAK!, ini bukan eranya diam
karena diam 'mungkin' berarti tertindas
harusnya kita menampar,
menampar mereka yang memberi
memberi karena butuh, memberi label 'pilih nomor'
demokrasi bukanlaah Industri
Suara kami bukan komoditas perdagangan.
Jangan membelinya, jangan membarternya
Jangan lecehkan kami...
atau saya menanyai saudara
"wakil? Demokrasi? itu apaan?!!!
Makassar, 26/03/2014

Saturday, January 4, 2014

ASEAN Community 2015 : Siap, Tidak Siap, atau Berharap Siap?

oleh : Raniansyah
Aku tertawa kecil meninggalkan Auditorium baruga A.P pettarani hari ini (3 Januari 2014) setelah mengikuti Seminar Nasional bertema "Daya Saing Bangsa : Perspektif Ekonomi Digital dan Hegemoni Politik dalam Era ASEAN Community 2015" yang menghadirkan Hatta Rajasa (Menteri Perokonomian RI), Letnan TNI (Purn) Sutiyoso (mantan Gubernur DKI Jakarta) dan Syahrul Yasin Limpo (Gubernur Sul-sel) sebagai pemateri. Masih ada pertanyaan yang mengganjal di kepalaku, pertanyaan yang sangat sederhana mengenai ASEAN Community, mungkin juga terlalu polos untuk kategori seorang Mahasiswa, “Kita sudah siap?, belum siap atau berharap untuk siap?. Aku sedikit kecewa sebenarnya, dialog interaktif sekelas ini hanya diberi kesempatan kepada tiga orang penanya. Namun tak apa, toh setidaknya aku sudah bisa memprediksi kesiapan Indonesia menghadapi tantangan besar 2015.
***
       Hari ini (3 Januari 2014) bertempat di Auditorium kebanggaan Kampus Merah (Universitas Hasanuddin), Baruga A.P. Pettarani, orang banyak berbicara harapan, harapan dan harapan. peluang, peluang dan peluang menghadapi ASEAN Community 2015. ".... Kita harus melihat ini sebagai peluang," kutipan kalimat Hatta Rajasa tersebut, coba menghentikan sekelumit pikiran ‘hambatan’ yang mungkin menggema di kebanyakan batok kepala peserta seminar. Bahkan menurutku dari tiga pemateri yang ada, hanya Hatta Rajasa yang sangat optimistis menghadapi ASEAN Community 2015, itupun menurutku hanya ‘harapan siap’ bukan ‘benar-benar siap’.  Gelak tawa mewarnai seminar ketika Sutiyoso berbagi cerita tentang latihan militer di luar negeri, “di sana latihannya seperti perang beneran, di Indonesia kalau latihan, bunyi senjatanya dari mulut, ..dor!,,dor!.. primemori” ungkap beliau sambil memperagakan. Cerita beliau sebenarnya merupakan gambaran ‘hambatan’ yang dialami Indonesia, hal yang sama pun ditunjukkan oleh Syahrul Yasin Limpo ketika mengungkap data tentang SDM Indonesia yang jauh tertinggal di banding negara-negara Asia Tenggara yang lain. Pun aku membenarkan hal itu karena beberapa bulan lalu aku memang sempat membaca sebuah data yang mengungkap bahwa Indeks Pembangunan Manusia Indonesia berada di peringkat 9 dalam 10 terendah di Asia Tenggara.
Banyak hal yang mengundang pertanyaan pada seminar kali ini, salah satunya yang berkaitan dengan Pemilu legislatif dan presiden 2014, katanya kalau kita ingin menyukseskan ASEAN Community, pemimpin yang terpilih beberapa bulan mendatang harus yang benar-benar mampu melakukan pembenahan di Indonesia. Olehnya itu, rakyat jangan sampai salah memilih lagi. Pertanyaan yang kemudian timbul, kalau rakyat salah memilih lagi? bagaimana? Kalau ASEAN Community gagal bagi Indonesia, bagaimana? Siapa yang mesti bertanggung jawab menanggung resikonya?.  Apakah kita akan menyalahkan rakyat yang salah memilih? ataukah kita biarkan rakyat kecil yang menanggung semuanya? Membiarkan neoliberalisme kapital semakin meluluhlantahkan jutaan rakyat berperut tipis.
Teringat sebuah analogi pilihan yang mungkin cocok untuk Indonesia  “ketika kau akan mengarungi samudera, tetapi perahumu banyak kerusakan, apakah kau akan tetap berlayar sambil menambal bagian-bagian yang rusak itu? atau kau memilih untuk memperbaiki perahu itu, sampe benar-benar siap untuk dipakai berlayar? Ini samuderaloh bro!,”. Resiko tenggelam sangat besar, dan kalaupun aku yang diberi pilihan, pasti aku memilih untuk memberbaiki perahu dulu ketimbang melanjutkan perjalanan karena peluang tapi karam karena ‘hambatan’. Hmm.. ternyata Pilihanku dan pilihan negara ini (lebih tepatnya pilihan para pemutus kebijakan) berbeda, negara ini lebih memilih berjalan mengarungi samudera dan memperbaiki perahu dalam perjalanan,  menatap sejumlah peluang di seberang tanpa terlihat memperhatikan ‘hambatan’ yang bisa berakibat fatal. Walau terkadang aku egois bahwa pilihanku yang harus benar, tapi untuk kali ini aku berharap langkah yang diambil oleh negara ini sudah tepat, walau masih ada setumpuk ‘ketakutan’ yang menghantui akan karamnya Indonesia dalam ASEAN Community 2015, seperti karamnya kita dalam beberapa persaingan sebelumnya. *Ahh…ini sungguh mimpi buruk.
***
Beberapa hari lalu, Detesemen Khusus 88 Anti Teror berhasil menangkap 6 teroris di Ciputat, ini masih sedikit dibandingkan teroris-teroris lain yang belum tertangkap. Yang artinya, Indonesia masih berada dalam ancaman keamanan. Dari segi Indeks Pembangunan Manusia, Indonesia masih berada dalam tingkat rendah di Asia Tenggara, ini berarti SDM kita belum siap. Dari sektor pengelolaan sumber daya alam pun kita masih terkendala teknologi dan ilmu pengetahuan. Lalu apa yang siap untuk mengadapi ASEAN Community 2015?.  Para pemateri menjawab : Inovasi, pendidikan, dan Pemimpin Bangsa yang sesungguhnya. Tapi dapatkah kita memenuhi itu hanya dalam rentang waktu kurang lebih dua tahun?, sementara sejumlah negara-negara Asia seperti Singapura dan Malaysia telah melakukan hal itu jauh sebelum kita memikirkan ide itu.  Timbul pertanyaan kemudian, kita sudah siap, tidak siap atau berharap untuk siap?. Bukan pesimistis, bukan pula takut persaingan atau takut hambatan, tapi bagiku…bangsa ini benar-benar belum siap menghadapi ASEAN Community. Tapi apa daya?, ASEAN Community tidak mungkin dibatalkan Indonesia dan Pasti berjalan 2015 mendatang, kecuali tahun ini kiamat.
***
Setiap individu hanya perlu berbenah diri mempersiapkan segalanya untuk sebuah tantangan ASEAN Community 2015 yang berani diambil Indonesia. Memang selalu hanya ada dua pilihan. Nah, kali ini pilihannya, berbenah atau berkemas?, kita memilih berbenah diri lalu bersaing unggul 2015 mendatang atau berkemas barang karena ditendang orang asing keluar dari rumah kita sendiri, yang lebih menyakitkan lagi, kita bertahan tapi jadi pembantu. *Ahh…ini juga mimpi buruk.

Makassar, 4 Januari 2014