Monday, November 18, 2013

Esai : Masak nasi tak mampu, kenapa berharap makan nasi Goreng?

Oleh : Raniansyah

            Sendiri di kosan hari ini (sabtu, 16 November 2013), memberiku inspirasi untuk menulis hal ini, aku begitu antusias membaca sebuah e-book berjudul “Catatan Bangsa yang Aneh” karangan Khusni Mustaqim yang kudapatkan dari blog ‘berpikirberbeda.blogspot.com’. Emosiku kian memuncak membaca setiap kata yang dirangkai begitu kritis. Aku berguman, negeri ini memang aneh, bangsa ini memang aneh, dan semua yang terjadi di Negara bernama ‘Indonesia’ ini sangat aneh. Inilah negeri kami yang aneh, negeri yang selalu mengagungkan kata-kata namun lupa untuk bertindak, negeri yang selalu bangga dengan aspirasi namun lupa untuk beraksi. Negeri omong kosong yang terlalu banyak membual, yang tidak pernah bisa ‘mengatasi masalah tanpa masalah’ seperti pegadaian dan tidak pernah mampu ‘talk less do more’ seperti slogan salah satu iklan rokok.
***
Jangankan makan nasi goreng, menanak nasi saja tak mampu, itulah ungkapan untuk negeri yang sering disebut kaya ini (katanya), selalu bercita-cita tinggi, sering berangan kelewatan, giat berharap namun tidak pernah berusaha dan bertindak. Sering diagungkan Indonesia punya 17 ribu lebih pulau yang terbentang dari sabang sampai Merauke, terlalu sering diucapkan Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Brazil, selalu didengar berita pelajar Indonesia juara olimpiade internasional, namun apa arti semua itu bagi Indonesia?. Toh pulau-pulau kita lebih banyak dikelola perusahaan asing, bahkan akibat ketidakpedulian kita, pulau kita diklaim dan direbut oleh Negara tetangga, ingatkan kita dengan mirisnya kehilangan Sipadan dan Ligitan?, laut kita yang kaya, toh! lebih banyak dinikmati orang asing, pelajar kita yang pintar dikirim ke luar negeri untuk belajar dan mengabdi di sana, bapak Habibie yang sering kita bangga-banggakan toh! sekarang bukan warga Negara Indonesia lagi, begitu bangga memiliki gelar sarjana atau magister luar negeri karena produk sarjana lokal yah…bisa dibilang tidak mampu bersaing. Akhirnya karena ketidakbanggaan kita pada negeri sendiri, kita sendiri lebih bangga memakai produk asing dibanding produk lokal, kekayaan alam negeri ini kita percayakan pada orang asing untuk mengelola dan kita biarkan mereka menarik keuntungan sebsar-besarnya lalu kita diberi sedikit. Mahasiswa kita terlalu sering nitip absen kepada teman duduk di kelas karena malas masuk belajar, terlalu sering tugas kelompok dkerjakan oleh seorang saja, sangat terbiasa belajar hanya untuk mengejar nilai bukan mengejar ilmu, mengejar IPK 4.00 sebagai berita berharga untuk orangtua walau mereka tidak pernah tahu bagaimana kemampuan kita?
***
Apalagi yang dapat dibanggakan dari bangsa ini? Presiden cengeng, yang sering mengeluhkan gaji?, yang terlalu sering curhat sampai lupa untuk bertindak? Presiden yang bisa buat lagu namun lupa menengok kesejahteraan rakyatnya?. Itukah?. Mahasiswanya?, mahasiswa anarkis yang suka bakar kampus sendiri? Mahasiswa yang sering bentrok dengan rekan sendiri? Mahasiswa yang sering menjudge buruk mahasiswa dari daerah lain, walaupun tidak semua berperilaku demikian? Itukah? Masihkah jiwa-jiwa persatuan mahasiswa 98 ada di tanah ini, mahasiswa yang ditakuti pemerintah…BUKAN mahasiswa yang takut pada pemerintah?. Nampaknya itu hanya harapan semu, karena persatuan kita sudah terpecah dengan egoisme kedaerahan, dan kini ‘Bhinneka tunggal ika’ itu patut dipertanyakan. Apa yang dapat dibanggakan? Rakyatnya? Rakyat yang sering mengeluhkan banjir, namun tidak absen buang sampah sembarangan, rakyat yang sering marah-marah karena macet namun tak jarang melanggar lalu lintas, rakyat yang mengeluhkan kenaikan BBM namun tak lupa menimbun BBM untuk mencari keuntungan sendiri. Aparatur negaranya? Beberapa hari yang lalu, melalui situs berita tribunnews.com, aku membaca berita oknum polisi militer ditilang oleh polisi lalu-lintas karena menerobos jalur busway, di situs berita yang sama beberapa hari sebelumnnya terdapat berita oknum polisi lalu-lintas ditilang oleh polisi lalu lintas karena pelanggaran yang sama. Benar-benar lucu..hahaha. dan tentu tidak akan lupa dengan berita Si Akil, sang ketua Mahkamah Konsitusi yang korup dan pengguna narkoba, benar-benar memiriskan.

Apalagi yang dapat kita banggakan? Budayanya?, disaat kita dirasuki ‘hip-hop dance’  shuffle dance’ atau ‘gangnam style’ kita telah melupakan gamelan yang ternyata dipelajari oleh sebuah komunitas di London, Inggris. kita mengabaikan ‘Reog Ponorogo’ yang sempat diklaim negara asing, kita melupakan ‘Tari zaman’ yang membuat mata dunia melongo. Disaat kita asik membaca novel Harry Potter, kita lupa menengok kalau kita punya ‘La Galigo’ yang merupakan dongeng terpanjang di dunia yang teaternya dipentaskan di kanca International, sutradaranya orang asing, bukan orang Indonesia. Analoginya,..Kita biarkan orang asing mengambil tikar kita yang sebenarnya bagus cuman jarang dicuci dan mereka mencucinya lalu membentangkannya di Negara mereka, lalu kita biarkan mereka membentangkan tikar mereka di tanah kita, tikar mereka yang sekilas terlihat bagus namun sekali dicuci akan luntur dan kusut, namun kita tidak pernah menyadari itu, karena sekolah mereka jauh lebih baik daripada kita, pendidikan mereka jauh lebih baik daripada kita, sehingga kita terlalu mudah untuk dibodoh-bodohi, Masihkah negeri raksasa ini tertidur? Ataukah kita masih mengucek-ucek mata karena baru terbangun?. Banyak yang bisa dibanggakan, namun mungkin kita memang tidak pernah mau bangga.

. ketika kita selalu berharap makan nasi goreng disaat kita belum mampu menanak nasi…apakah pantas?. 2015 tidak lama lagi kawan, ASEAN Community sudah di depan mata, itu tandanya persaingan akan semakin ketat, dan ketika kita masih tertidur, siapkah kita menjadi pembantu di negeri sendiri? Siapkah kita tinggal jadi penonton melihat orang asing menarik keuntungan sebesar-besarnya dari negeri kita?, dan siapkah kita meringis kesakitan karena tak ada lagi yang dapat kita nikmati dari negara kita sendiri? Buka mata kita, dunia melirik kita, kita negeri raksasa yang masih terlelap. Andai kita seperti manusia-manusia Jepang dan China, pasti Indonesia adalah Negara terkaya, sebuah catatan yang kupetik dalam e-book ‘Catatan Bangsa yang Aneh’ yakni siapapun presiden dan pejabat pemerintah yang kita bawa untuk memerintah di Indonesia, tidak akan mampu merubah wajah negeri ini jika seluruh individu tidak berubah dari sifat buruknya, Bill Gates bukanlah pejabat pemerintah, Bill Gates bukan menteri Teknologi, tapi Bill Gates hanya orang biasa yang mau berusaha untuk negaranya.Hmm..! andai kita berpikir seperti itu…

Makassar, 16 November 2013



Sunday, November 10, 2013

Mungkinkah Pahlawan Tak Lagi di Sini??

oleh : Raniansyah
Ada yang berbeda hari ini (10 november 2013), seperti ada sesuatu yang ganjil. Hari ini adalah hari yang sangat bersejarah, yah..hari ini adalah hari pahlawan, dimana pada waktu itu semangat bangsa Indonesia bergelora untuk melawan penjajah, hidup atau mati yang pasti kemerdekaan adalah harga mati dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun, waktu itu pemuda dan para pejuang memang tidak memiliki persenjataan yang kuat, tapi para pejuang saat itu memiliki semangat yang sangat disegani oleh penjajah. hasil dari perjuangan itulah yang kita nikmati hari ini, kaum manusia yang mungkin bisa dibilang tidak bersyukur dan/atau mungkin bisa dibilng terlalu manja dan cengeng,  tahukah kita berapa jiwa melayang demi memperjuangkan kemerdekaan ini, lalu inikah balasan yang kita perlihatkan hari ini? Inikah penghargaan yang kita berikan? Inikah wajah pemuda negeri saat ini, yang cengeng, manja dan tidak tahu arti perjuangan? Inikah wajah negeri yang  dicita-citakan dulu oleh para pejuang yang rela mati demi bangsa ini? Inikahh? Inikah? Aaaah….INIKAH !!!?
***
10 November 2012, aku berdiri di tribun lapangan Citra Mas Kabupaten Pangkep,  di antara jajaran pejabat daerah, veteran dan tamu undangan, aku berdiri tegap membacakan pesan Pahlawan Sultan Hasanuddin, pesan Sultan Hasanuddin  yang masih aku ingat waktu itu adalah ‘Aku dan raja Bone bukanlah musuh,”. Ada hal menarik yang kudapatkan kala mencari referensi tentang pesan-pesan ini, sebagian literatur menuliskan jika sultan Hasanuddin mengatakan “Aku dan raja Bone bukanlah musuh,” namun literatur lain menuliskan jika Sultan Hasanuddin mengatakan “Aku dan raja Bone adalah musuh,”. Yang lucu dari hal ini karena yang menuliskan “Aku dan raja Bone adalah musuh,” adalah buku dari Belanda yang katanya dikutip dari Lontara yang dibawa lari ke Belanda waktu itu. Belanda adalah salah satu negara yang pernah menjajah kita dengan sistem adu dombanya, lalu akankah aku akan percaya dengan literatur dari Belanda itu?, yang jelas akan memungkinkan atau mengundang permusuhan antara orang Bugis dan Makassar,  mungkinkah literatur itu ada untuk mengadu domba orang Bugis dan Makassar?.  Diceritakan dalam literatur Belanda tersebut (mohon maaf aku lupa nama bukunya) katanya Arung Palaka dari kerajaan Bone yang berlatar Bugis merupakan pengkhianat dan musuh Sultan Hasanuddin dari kerajaan Gowa yang berlatar Makassar, lalu sesaat sebelum meninggal katanya Sultan Hasanuddin mengatakan “aku dan raja Bone adalah Musuh,”.  Ada juga literatur yang mengatakan bahwa Sultan Hasanuddin dan Arung Palaka adalah sahabat yang selalu berusaha diadu domba oleh penjajah, karena jika mereka bersatu mereka akan menghasilkan kekuatan yang luar biasa dan sesaat sebelum meninggal, Sultan Hasanuddin mengatakan “aku dan raja Bone bukanlah Musuh,”. Dari kedua tulisan  itu, literatur manakah yang harus atau pantas kita percaya?.  Yang jelasnya waktu itu aku memilih untuk percaya pada literatur non Belanda, keyakinan hati lebih mengarah kesana dan yang menambah keyakinan itu, ketika aku berbalik ke arah jajaran veteran dan mereka mengangguk-angguk mendengarkan pesan yang kubacakan, yah…setidaknya jiwa pejuang dan pengalaman sejarah mereka mampu memberi nilai tambah padaku melalui anggukan itu. Pertanyaan yang lebih mendalam lagi, akankah pahlawan seperti Sultan Hasanuddin di penghujung hidupnya mengatakan  “Aku dan raja Bone adalah musuh,”, sesuatu yang memungkinkan permusuhan?. Coba tanya diri kita, apakah ada…manusia yang di nafas terakhirnya mengucapkan pesan yang mengarahkan ke sesuatu yang negatif seperti permusuhan? Apalagi sosok seorang pahlawan. Rasanya sulit diterima secara rasional. Mungkinkah kita memang selalu berupaya diadu domba? Hmm…entahlah!
***
Hari ini (10 November 2013), di tanggal dan bulan yang sama tahun lalu…aku membacakan pesan Pahlawan Sultan Hasanuddin dalam upacara peringatan hari pahlawan. Sangat jauh berbeda dengan hari ini, hari ini aku juga berdiri namun tidak sebagai pembaca pesan pahlawan namun sebagai pengawas ruangan untuk kegiatan try out yang diadakan oleh salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin. Pelajaran berharga hari ini adalah mungkin memang generasi sudah tidak lagi mengingat dan menghargai perjuangan para pahlawan kita dulu, apa buktinya? Di ruangan yang aku awasi, ada beberapa peserta yang selalu berupaya curang, buka handphone dan atau berbalik ke arah kiri-kanannya mencoba mencari contekan, beberapa kali aku menegur, namun beberapa kali juga perbuatan itu diulangi. Hmm…benar-benar memiriskan, bisa-bisanya hari bersejarah dan penuh perjuangan ini dihiasi dengan ketidakjujuran, dicemari oleh generasi tidak tahu malu yang hidup hanya seperti benalu. Dimana lagi jiwa-jiwa nasionalis yang selalu membuat merinding itu? Rasanya cukup pesimis untuk mencari dimana ‘nasionalisme’ itu kini berada. Mungkinkah tak ada lagi pejuang/ nasionalis yang akan melanjutkan perjuangan cita-cita bangsa ini?. Mungkinkah pahlawan memang tak lagi disini? Walau hanya secuil…Mungkinkah?
Hari ini, aku cukup lega, ada yang cukup membangunkan semangatku untuk tetap optimis, motivasi itulah yang menggerakkan jemariku untuk mengetik tulisan ini. Dia adalah Kak Said, salah satu sosok yang cukup kutakuti pada masa-masa masih baru bergabung sebagai keluarga mahasiswa Fakultas Hukum Unhas, namun perlahan ketakutan itu berubah menjadi kekaguman dan harapan bisa seperti beliau, Sederhana tapi punya pemikiran yang luar biasa yang tidak semua mahasiswa atau pemuda hari ini memiliki itu.  Magang Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) hari ini, memberiku banyak pelajaran berharga, yah!…setidaknya aku dan kawan-kawan yang ikut hari ini secara tidak langsung telah memperingati hari Pahlawan dengan hal yang positif. Jadi anggota BEM atau tidak itu urusan kedua, pastinya ikut kegiatan diskusi hari ini memberikan manfaat yang luar biasa,  bisa dibilang sangat rugi lah yang tidak ikut, materi dimensi kemahasiswaan yang dibumbui oleh kak  Said dengan sejarah pergerakan dan perjuangan pemuda, serta pandangan terhadap generasi atau pemuda hari ini, memancing untuk mengangguk dan berkata “iya di’,”. Membangkitkan gelora untuk tetap optimis memperjuangkan cita-cita yang diingikan oleh kaum terdahulu yang rela berkorban jiwa raga demi bangsa ini.  Walau hari ini, wajarlah kita pesimis dengan keadaan, tapi setidaknya kita masih pantas optimis dengan masih adanya orang-orang seperti Kak Said, dan pasti masih banyak orang seperti beliau diluar sana, InsyaAllah saya pun akan seperti beliau dan semoga pembaca sekalian pun masih memiliki ‘nasionalisme’ itu di dalam relung hati. Buatlah hari ini menjadi indah, buatlah pejuang terdahulu kita bangga melihat perjuangan kita hari ini dan buatlah bangsa ini bangga memiliki kita.

SELAMAT HARI PAHLAWAN
TERIMA KASIH UNTUK PEJUANG YANG MASIH ADA HARI INI.


Tuesday, November 5, 2013

Essai :Pancasila? Doa semu.

Oleh : Raniansyah (ASAS 2013)
Inilah negara kapitalis-liberalis
sering saja disebut Negara demokratis
selalu saja menangis, slalu saja meringis
karena derita yang begitu miris
Andai rasa bisa optimis
hapuskan semua rasa pesimis
walau  jejak langkah teriring tangis
walau tapak kaki diikuti gerimis

ini bukanlah senandung vokalis
yang terdengar harmonis
ini bukan pula karya penulis
yang kadang sangat puitis
tapi ini suara rakyat yang saat ini bernasib ’tragis’
“Pancasila itu ideologi terbaik, karena pancasila lahir dari penggabungan dua ideologi besar, yaitu Liberal (thesa) dan Komunis (antithesa) dan terbentuklah Pancasila (Synthesa),” terang bapak Idris Buyung dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum, pertengahan september lalu. Benarkah pancasila sebagai Ideologi terbaik? Lantas apa penyebab semua keterpurukan dan kebobrokan yang saat ini melanda negeri ini?  Bukankah Ideologi adalah pondasi sebuah bangsa….? Kalau Pancasila kuat, mengapa Indonesia seolah berada di garis batas kehancuran?
***
Orang bijak sering berkata, “perkataan adalah doa,”  teori yang diucapkan pun bisa jadi doa, dan itulah yang mungkin terjadi pada Pancasila. Pancasila hanya doa, doa yang terkadang sangat jauh dari harapan, doa semu yang terlalu sulit bersanding dengan Ikhtiar  atau usaha, malahan  justru terlalu sering bersanding dengan sikap, perilaku, perbuatan atau perkataan nyeleweng yang  jauh dari nilai-nilai yang diharapkan.  “Ketuhanan Yang Maha Esa kenapa belakangan ini jadi keuangan yang maha kuasa?,  kemanusiaan yang Adil dan beradab, kenapa kebengisan ada dimana-mana?, Persatuan Indonesia, kenapa separatisme, bentrok dimana-mana? Kerakyatan jadi elitisme, demokrasi menjadi bagian dari industri, sementara keadilan Sosial masih dipertanyakan,” tanggap Hasyim Muzadi (tokoh agama) dalam acara “Suara Anda : Suara Konstitusi” MetroTV beberapa tahun lalu. Itukah yang diharapkan dari ideologi kita yang terbaik (katanya)?. Benarkah yang dikatakan oleh Hasyim Muzadi?? Entahlah…!hati dan pikiran rasional kita pasti mampu menjawabnya.
***
Rabu, 2 Oktober 2013. Sekelompok mahasiswa terlihat berbincang santai di pelataran sekretariat BEM Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin. Mereka menyebut diskusi santai mereka dengan sebutan ‘diskusi pelataran’, kegiatan diskusi itu merupakan follow up Pembinaan Mahasiswa Hukum 2013 tahap pertama yang telah sukses terlaksana 28-29 september lalu. Hmm…yang penting dari diskusi kali ini, adalah materi bahasan tentang  “Pandangan Dunia : Ideologi”.  Beragam pertanyaan dan komentar bermunculan seiring  jalannya diskusi, yah..!! itulah mahasiswa Fakultas Hukum, rasa ingin tahunya bisa dikatakan ‘extra ordinary’ gitulah ! hehe.  Dari diskusi kali ini, setidaknya lahir lagi setitik kepedulian pada tanah air  tempat kami berpijak saat ini, sebuah keprihatinan dari mahasiswa yang masih semester satu, entah sampai kapan keprihatinan itu akan bertahan. Pastinya dengan harapan, mereka akan tetap memegang erat keprihatinan itu sepanjang hidup mereka, apalagi jika diantara mereka ada yang jadi pemimpin atau orang penting yang dimiliki bangsa ini di masa mendatang.
***
Terlalu bangga, yah!...sangat bangga bersembunyi di balik ideologi terbaik berlabel ‘Pancasila’ namun tak tahu bahwa saat ini Pancasila hanya sekedar landasan teori normatif semata yang  tak mampu menemukan  ‘jati diri’ empirisnya .  karena siapa? Bukan salah pancasila, tapi salah manusia yang menganggapnya sebagai landasan hidup, pandangan hidup…tapi sering melakukan penyelewengan yang sangat kontras dengan nilai-nilainya. Akhir-akhir ini berkembang sebuah virus baru bernama ‘neoliberalisme’, sebuah upaya pennggelapan ideologI liberalis-kapital dengan cara baru di Negara yang katanya demokratis ini. Apa buktinya? Mini market dimana-mana, akhirnya usaha rakyat kecil menjadi hancur….yang punya modal besar  berkuasa sementara yang bermodal kecil dibiarkan mati usaha lalu akhirnya busung lapar dan mati kelaparan. Yang besar menindas yang kecil, yang kuat menindas yang lemah. Sementara Pemimpin negeri sibuk menciptakan lagu disaat rakyat sangat butuh perhatian konkret. memangnya lagunya itu bisa menyembuhkan orang busung lapar?, memangnya lagunya itu bisa membuat kaya, orang miskin? Memangnya lagunya itu bisa mempekerjakan pengangguran? Tidak…!!. Pemimpin kita sudah terjajah paradigma barat yang mereka tidak sadari, apa itu?  “King can do no wrong” , raja atau pemimpin dapat melakukan apapun tanpa bersalah, ataupun sekedar rasa bersalah. Masih butuh bukti? Lihatlah pemimpin kita melemparkan makanan ditengah-tengah orang kelaparan, membiarkan mereka berebutan, saling berdesakan, dan akhirnya terinjak-injak, sementara dia tetap tersenyum diatas kursi tahtanya, yah…itulah analogi pembagian Bantuan Langsung Sementara Masyarakarat (BLSM) yang berlangsung ricuh beberapa waktu lalu lantaran kebanyakan tidak tepat sasaran. Prihatin, saya turut hadir dalam proses penerimaan BLSM itu di beberapa kecamatan di Kabupaten Pangkep untuk menyaksikan proses itu sendiri secara langsung. Sangat ironis, karena semua kecamatan yang kukunjungi pasti ada kasus ‘tidak tepat sasaran’ bahkan di salah satu kecamatan, ada seorang wanita paruh baya menangis terisak-isak datang ke kantor camat karena pantas mendapat bantuan itu tapi justru tidak memperoleh. Inikah cara baru pemerintah menyakiti rakyat?. Pemandangan miris yang dapat pula disaksikan adalah nenek-nenek jompo yang berdesakan separuh nyawa, ada orang  cacat yang datang merangkak…karena katanya tidak dapat diwakili semua demi duit 300 ribu, inilah cara baru pemerintah menyakiti rakyat kecil.
Benar!, pancasila sekarang hanyalah doa, doa semu yang jarang diaplikasikan dan diusahakan. Pancasila hanya sekedar teori yang  berusaha berdiri setelah dihantam neoliberalisme-kapitalis dahsyat yang telah menumbuhkan akar-akarnya di negeri tercinta ini . entah kapan akan dicabut, entah kapan akan enyah dari bumi ini,  entah kapan Pancasila itu bukan lagi sebagai doa, tapi sebagai fakta.
Bumi huruhara ini masih tetaplah bumi huruhara selama Pancasila itu hanya teori yang tidak menemukan jati diri empirisnya. Tak ada ideologi terbaik untuk Negara kita selain Pancasila, tapi mengapa kita masih saja terjajah dalam lelap tanpa sadar paradigma asli kita telah dimusnahkan oleh rudal-rudal dan meriam-meriam ideologi yang tidak seharusnya ada di negeri ini.

Makassar, 2 Oktober 2013

Wednesday, October 30, 2013

Puisi : Senandung Doa Rani...

Oleh : Raniansyah

Untuk seorang terkasih
Senandung embun nan jernih akan selalu menetes
Waktu pun tak akan pernah berhenti
Asaku tak akan pernah putus
Tuk menggapai bintang paling terang
Untuk kuberikan sebagai hadiah hati
Nanti….ketika saat itu telah tiba.

Hanya cerita kecil yang kupunya saat ini
Aku hanyalah seorang pemuda biasa
Selalu bersanding dengan sikap yang kadang tak kumau
Aku hanyalah pasir pantai
Namun aku yakin, kelak aku berproses dan jadi mutiara
Aku selalu bermimpi, berangan, dan  berharap
Hanya untuk mencintai dan dicintai dengan sederhana

Atun…nama yang kadang buatku grogi
Garis-garis perasaan telah kubuat untuknya
Untuk sebuah tujuan suci yang masih rahasia
Semoga Tuhan mengabulkan senandung doa-doaku :)
Makassar, 30 Oktober 2013

Happy Birthday Atun J (30 Oktober 2013)

Wednesday, September 11, 2013

BEASISWA DATA PRINT 2013, Daftar Buruaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaann !!

Sebagai wujud kepedulian Data Print terhadap pendidikan, tahun ini Data Print kembali mengadakan seleksi untuk Pelajar dan Mahasiswa berprestasi yang pantas menerima beasiswa dari DataPrint.

Teman-teman yang mungkin ada yang kesulitan biaya untuk kuliah?? tidak punya uang untuk beli buku??? dan segala aktifitas belajar terhambat karena lemah ekonomi...?? Tenang saja teman-teman, kali ini DataPrint kembali menyediakan 500 beasiswa untuk tahun 2013.

ayo buruaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannn daftar!!! jangan sampai ketinggalan.
Daftar segera, syaratnya nggak ribet-ribet amat kok..apalagi kalau kita emang sudah pengguna DataPrint, di kemasannya juga ada kok Informasinya.

Pakai Data Print, Dapat Beasiswa dan Raih Prestasi !!
kalau teman-teman mau, nih buruan daftar Daftar. Beasiswa Data Print !!atau untuk Informasi lebih lengkap baik seputar beasiswa maupun produk data Print, Silahkan Kunjungi
http://www.dataprint.co.id atau http://beasiswadataprint.com/


Pakai Data Print, Dapat Beasiswa...Raih Presasi !!!


Saturday, August 24, 2013

SISISI

SISISI
Karya: Raniansyah
Sisisi…
untukmu wahai akademisi
untuk para polisi
untuk kau yaa politisi
untuk semua praktisi
Sisisi….
kucing makan ikan ucap Si…!
walau mengejar tikus tetap Si..!
jangan pernah makan yang basi
walau sedapnya berbau terasi
hidup kan bukan soal serasi
Sisisi….
hahaha…akademisi korupsi
oknum polisi pun korupsi
politisi dan praktisi jadi rajin berkoalisi
suap duit biar dapat remisi
ngegombal agar dapat abolisi
ulang tahun tiap hari supaya dapat gratifikasi

Sisisi…
inilah negaranya Sisisi
katanya berotak tinggi ala akademisi
tapi hati murahan karena korupsi
tetap saja dapat remisi dan abolisi
walau busuknya sudah berbau terasi basi
hhahaha…alangkah lucunya Negara sisisi…

Monday, July 8, 2013

Cerita Alumni #1

                                       


Foto IKA SMADA Pangkep 2013 - Doc.Nurma(alumni)




Alumni  Sederhana, Kebanggaanku
                                                           
Oleh : Raniansyah
Ada saja cerita menarik dan bermakna dalam setiap perjumpaan dengan saudara-saudaraku di SMAN 2 Pangkajene, mungkin inilah esensi keunggulan dari sebuah sekolah baru yang berdiri sejak 2009 lalu itu. Pagi itu (22 Juni 2013) sekelompok orang berbaju seragam warna hitam, dengan lambang smada di dadanya  terlihat berbincang santai di samping gedung Ibnu Sina SMAN 2 Pangkajene, mereka sementara menunggu teman yang lain untuk berangkat ke Tanjung Bayang, Makassar dalam rangka melaksanakan sebuah kegiatan penting di sana, salah satu diantara mereka adalah aku. Hmm…mereka adalah alumni SMAN 2 Pangkajene.
                                                                                ***
                Pagi itu (22 Juni 2013), kami berangkat menggunakan dua buah angkutan umum menuju ke Tanjung Bayang, Makassar, dalam rangka acara Rapat Kerja Ikatan keluarga Alumni SMAN 2 Pangkajene. Walau berdesakan, tetapi justru di situlah dapat dipetik lagi sebuah makna hidup yang insyaAllah bermanfaat, yah…setidaknya membuat iri yang tidak sempat ikut waktu itu…hehe *bercanda. “Inilah alumni SMAN 2 Pangkajene, inilah hasil didikan guru-guru SMAN 2 Pangkajene,“ ucapku dalam hati, tatkala melihat kesederhanaan teman-teman waktu itu. Ternyata tak ada yang berubah dari teman-teman, yah...suasana itu tentu mengingatkan momen kala masih di SMAN 2 Pangkajene, jika melihat ada sekelompok anak membawa piala bergilir diatas angkutan umum alias pete’-pete’ maka itu pasti siswa SMAN 2 Pangkajene, kesederhanaan dan keterbatasan memang bukanlah alasan untuk berbuat lebih baik dibandingkan orang lain yang memiliki fasilitas lebih. “Jangan menyerah hanya karena kita memiliki keterbatasan atau kita miskin, saya juga dulu orang Miskin..tapi Alhamdulillah sekarang saya bisa seperti ini, lihat Obama..dia itu presiden salah satu Negara adikuasa, waktu sekolah di Indonesia,..dia membantu ibunya berjualan karena ia juga kurang mampu, tapi sekarang…?? Dia adalah orang sukses yang dikenal dunia,” jelas pak Amin (Muh. Aminuddin, anggota DPRD kab. Pangkep komisi III (pendidikan)) memotivasiku kala aku berkunjung ke rumahnya di Ma’rang beberapa waktu lalu (pertengahan juni).
                                                                                          ***
                Ibarat menemukan keluarga kedua, bersama teman-teman alumni dari SMAN 2 Pangkajene, aku merasakan hal yang mungkin tidak pernah dirasakan oleh orang lain dari sekolah lain. Banyak perbedaan, tapi semuanya tercair dengan kebersamaan. Malam itu (22 Juni 2013), aku melihat lagi sebuah peristiwa yang membuatku terkagum…berpikir andai saja kelak ada diantara kami yang jadi pemimpin atau bigboss dan sikap pada malam itu tidak berubah, maka pasti jadi sosok pemimpin yang amanah, sederhana dan mencintai rakyat.  Hmm…adegan makan bersama sepiring berdua membuat makanan sederhana jadi menu istimewah yang rasanya bisa bersaing dengan makanan buatan koki internasional *eaa, piring yang ada waktu itu terbatas dan memang mengharuskan sebagian makan berdua,…tapi yang membuatku bangga dan kagum bisa bergabung bersama keluarga alumni ini adalah tak ada protes sama sekali, tak ada yang menolak atau enggan berdua…malahan terdengar suara gaduh berebut pasangan ….ciee…hahaha. Walau malam itu aku makan sendiri karena memang hanya sebagian yang harus berdua, tapi mataku menjelajah memperhatikan kakak-kakak d’Uno dan teman-teman dari D’sertion yang makan berdua, kebersamaan  malam itu mungkin pertama kali kurasakan dalam hidup.. .dan inilah keluarga kedua yang sesungguhnya…inilah esensi dari SMART yang dulu pernah ditanamkan oleh bapak/ibu guru di sekolah tercinta, SMA Negeri 2 Pangkajene.  Tak perlu aku terlalu berbangga dengan label ‘Unggulan’ yang selama ini bersanding dengan nama sekolahku, karena aku telah merasakan hakikat dan arti ‘unggul’ itu bersama teman-teman dari SMAN 2 Pangkajene…hakikat yang mungkin hanya bisa kurasakan di sini. Aku tak tahu sampai kapan kenangan ini akan terus tertanam, yah..pastinya sampai nafasku tak lagi bersamaku.
                                                                                ***
                Rapat Kerja Alumni waktu itu menjadi  satu lagi catatan berharga dalam perjalanan hidup dan terbilang sangat menyesal jika seandainya waktu itu aku tidak bisa ikut, tapi Tuhan memang pandai mengatur skenario,…Tuhan telah menunjukkan satu lagi jalan padaku untuk menemukan makna hidup. Yah…dan itu aku temukan dari teman-teman alumni, kesederhanaan dan kebersamaan….sifat mulia yang sudah jarang dimiliki bangsa ini….hakikat kekayaan yang telah jarang dimiliki oleh orang kaya yang sering disebut ‘konglomerat’. Sifat yang kini tumbuh bersama teman-teman alumni dan semoga  bisa bertahan hingga kami menjadi ‘ini’ dan ‘itu’. Teringat kutipan puisi pak Suparman (Guru Biologi SMAN 2 Pangkajene) kala beliau tampil dalam acara Promnite angkatanku(d’sertion), “satu kata mereka begini…’karenamu ku begitu’,” .  yah!..inilah hasil didikan dari guru sekaligus orang tua kedua tercinta…inilah makna hidup yang mereka berhasil torehkan…walau kami telah alumni…tapi kami akan tetap jadi keluarga SMAN 2 Pangkajene .

Pangkep, 25 Juni 2013

Friday, June 7, 2013

Salahkah Profesi Pengacara???


Salahkah Profesi Pengacara???
oleh : Raniansyah
               
Hari ini aku sejenak merenung dan kembali berpikir tentang cita-citaku menjadi seorang pakar hukum, aku sebenarnya tak begitu bercita-cita untuk menjadi pengacara, hakim, atau jaksa karena itu pekerjaan berat , bagaimanapun aku tahu…hanya keputusan Tuhan yang bisa benar-benat adil, bukan keputusan hakim, jaksa ataupun pembelaan sang pengacara terhormat. Entah mengapa pikiran seperti ini kembali menghantui pikiranku….jadi apa aku nanti? Bisakah aku berguna untuk orang lain? Dapatkah aku membuktikan bahwa aku bisa menggapai yang kuinginkan? Atau malahan aku jadi benalu yang tidak tahu malu?? Ahh,…aku takut mengecewakan orang-orang sekitar yang selalu mendukungku, aku takut menjadi orang yang hanya mengejar materi tanpa peduli perasaan dan nasib orang lain….aku khawatir menjadi orang yang membawa petaka bagi orang lain….aku tak ingin jadi orang sombong diatas kursi tahta yang ingin kuemban nanti, aku tak mau kelak merendahkan dan meremehkan orang lain karena apa yang kumiliki. Tak ingin kubayangkan menjadi mereka, deretan kalangan atas yang selalu kukritik dan kucela saat ini. Aku….aku….tak dapat berucap lagi..seribu pertanyaan memenuhi kepalaku.
***
                Akhir-akhir ini banyak yang menanyaiku tentang pendidikan yang ingin kutempuh setelah lulus SMA, yah..! jawabku simple aja ‘fakultas hukum’.  Mendengar jawabanku, sepertinya kebanyakan orang bahkan mungkin semua berpikir kalau aku ingin jadi pengacara, “apakah hanya bisa jadi pengacara kalau di jurusan hukum?,” tanyaku dalam hati, kan banyak juga profesi lain, misalnya dosen hukum, notaris, legislatif, dan PNS. Lantas kenapa jurusan hukum mesti dikaitkan dengan pengacara? Ada apa sebenarnya dengan pengacara? Sebegitu dekatkah pengacara dengan hukum? Atau malahan pengacara yang sering ‘mengkhianati’ hukum?. Pertanyaan-pertanyaan itu terus terngiang di kepalaku, di jaman edan sekarang ini, pengacara memang eksis karena selalu muncul di layar televisi menjadi juru bicara klien mereka yang terjerat kasus hukum, mantan aparat hukum besar sekelas Susno Duadji pun memiliki pengacara, tapi yang patut diherankan adalah adakah pengacara untuk si pencuri singkong? Adakah pengacara untuk si pencuri sandal jepit? Tak ada!, karena mereka tak berduit karena mereka tak mampu membayar pengacara.
***
                Aku sama sekali tak berniat jadi pengacara, karena sebenarnya aku sempat menaruh rasa benci terhadap profesi ini. Mereka itu orang intelek, seorang akademisi….namun mengapa prinsip yang dulunya “maju terus, pantang mundur..membela yang benar” mereka ubah jadi “maju terus, pantang mundur membela yang bayar,”. Hmm..fenomena inilah mungkin yang membuat orang banyak tidak suka dengan profesi pengacara. Saya terperanjak kala mendengar ucapan seorang teman beberapa waktu lalu “kudukungko di jurusan hukum, asalkan jangan jadi pengacara….biar orang salah nabela tong,” itu katanya. Sepertinya banyak orang telah berpemikiran demikian, pengacara telah dijudge sebagai profesi yang salah. Kebanyakan yang terlihat di layar mungkin menjadi sampel yang buruk bagi publik sehingga mengjudge ‘pengacara’ sebagai profesi yang salah, padahal tidak semua pengacara demikian, tidak semua pengacara materialistis. Seharusnya pengacara memang tidak dijadikan sebuah profesi tetap, tetapi pengacara seharusnya dijadikan pekerjaan mulia sukarela dengan memberikan bantuan pembelaan hukum kepada orang benar dan pantas dibela, bukan justru dijadikan Profesi yang walaupun salah tetap dibela, tapi publik juga harus sadar bahwa tidak semua pengacara demikian, prinsip sebenarnya adalah pengacara mencoba melakukan pembelaan kepada seseorang yang terjerat kasus hukum dengan melihat sejumlah peraturan semacam PP, UU, Tap MPR, atau aturan lain yang bisa meringankan hukuman si terdakwa/tersangka, namun jika sudah tidak ada aturan yang bisa membantu si terdakwa/tersangka …maka yang salah tetap salah dan tidak bisa dibenarkan. Itulah sebenarnya mekanisme kerja seorang pengacara, bukan yang sering dituduhkan publik selama ini. Mengenai uang itu nomor dua, karena pengacara saat ini adalah sebuah profesi, sehingga pastilah kalau mau pakai pengacara..Yah! harus punya uang, tetapi harus diyakini bahwa pennegakan supremasi hukum itu nomor satu. Tak ada pengacara yang bisa membenarkan sesuatu yang salah, kalaupun pengacara materialistis memang ada, publik seharusnya membuka pikiran bahwa semua tidak demikian, dan sampel tidak dapat dijadikan acuan untuk mengjudge buruk/salah sebuah profesi.
***
                Hukum di Indonesia sekarang memang sangat rentan kolusi dan nepotisme, sangat akrab dengan segala bentuk ketidakadilan, namun bukan berarti sebuah profesi harus disalahkan. Due process of law (Penegakan Hukum sesuai prosesnya dengan Adil) dan Equality before the law (persamaan di mata hukum), dua prinsip yang seharusnya ditegakkan di Negara hukum, justru keduanya yang paling sering dikhianati. “menegakkan hukum tanpa pandang bulu,”  itu sebuah kalimat bermajas tak berarti, terlalu banyak penafsirannya. Segala sesuatu sekarang harus dispesifikkan agar tidak multitafsir, langsung saja  bilang “menegakkan hukum tanpa pandang duit,” karena sekarang orang lebih melihat duit dan dompetnya yang tebal, dibanding capek-capek memperhatikan bulunya…haha. Lagipula yang tersangka kan manusia, manusia itu berambut…BUKAN berbulu..hahaha :D.  Pun aku masuk jurusan hukum bukan berniat jadi pengacara walau aku tahu profesi itu tidak salah, tapi aku ingin bermanfaat saja untuk orang banyak, jadi anggota DPR misalnya…sehingga aku bisa memperjuangkan hak dan aspirasi rakyat, sehingga aku bisa membuat kebijakan yang pro rakyat. Itu saja,.. bukankah membela orang banyak lebih mulia daripada membela satu orang saja, iya kan? J
Pangkajene, 16 Mei 2013
               

Wednesday, May 22, 2013

Kenapa Ada Mereka diantara Kita??


Kenapa Ada Mereka diantara Kita??
oleh : Raniansyah
Saya terkesan, saya bangga…ternyata masih ada orang yang begitu kritis untuk peduli pendidikan di Kab. Pangkep.  Catatan yang saya baca petang ini (22 Mei 2013)  oleh bapak Mansyur Eppe di facebook, sontak mengingatkan saya akan pertanyaan-pertanyaan yang sempat terlintas di pikiran saya dulu. Kenapa sekolah unggulan di pangkep menerima siswa dari luar daerah, padahal yang ingin diunggulkan kan orang pangkep?, lantas bagaimana nasib teman-teman yang tidak memperoleh nasi di rumah sendiri?  Apakah kita rela menerima orang lain di rumah kita diberikan makanan istimewa, lantas kita terluntah mencari makan di daerah orang?, Bagaimana perasaan mereka melihat orang dari daerah lain justru menikmati hak yang seharusnya mereka peroleh? Bagaimana mungkin mereka ikhlas melihat orang dari daerah lain memperoleh hal yang lebih layak justru di daerah mereka sendiri? Pertanyaan-pertanyaan itu juga sempat trus menghantui kepalaku…tapi pertanyaan-pertanyaan itu segera kutepis, dengan beberapa pemikiran yang sanggup menjawabnya.
***
 Baru beberapa waktu lalu pak Mansyur Eppe menginspirasi saya dengan komentarnya dalam statusnya di facebook tentang ‘hukum kekekalan prestasi’, kali ini beliau  kembali membuat sebuah tulisan yang menurut saya adalah sebuah pemaparan mendalam yang sulit atau bahkan tidak pernah terpikirkan oleh orang lain,  saya sebagai orang pangkep…..menyadari pemikiran semacam itu adalah sebuah pemikiran yang hanya mampu dipaparkan oleh orang-orang yang benar-benar peduli, bukan sekedar penonton yang biasa bersorak ketika memperoleh kemenangan.  Terima kasih pak…sebagai seorang siswa dan putra daerah asli Pangkep, saya merasa begitu tersanjung dan begitu diperhatikan, tapi saya memiliki perspektif yang sedikit berbeda,  menurut saya,
1.      SMA Unggulan dan Andalan adalah sekolah negeri bukan sekolah daerah. Walaupun dibangun oleh Pemda, sekolah ini tidak terlepas dari APBN yang berarti setiap anak yang merupakan warga Negara berhak memperoleh pendidikan jika bisa lulus/diterima di SMA Unggulan dan Andalan. Apalagi Konstitusi mengamanahkan sekurang-kurangnya 20% dari APBN untuk pendidikan (tidak termasuk gaji guru, karena seharusnya gaji guru diambil dari Anggaran Penerimaan dalam Negeri bukan dari anggaran pendidikan). Dan itu berarti jika optimalisasinya ideal dan proporsionalitasnya bagus maka dana pendidikan yang diterima sekolah dari APBN itu cukup besar. Dan itu berarti membuka hak kpd setiap anak yang merupakan warga Negara untuk sekolah dimanapun yang dibiayai APBN. Sementara untuk rasa keadilan karena menggunakan APBD juga, selama ini SMA Unggulan di Pangkep masih sangat jauh didominasi putra-putri daerah sendiri.

2.      Komitmen dan semangat belajar anak darimanapun asalnya, jangan dipatahkan hanya karena mereka tidak boleh mendaftar pada sekolah yang mereka idam-idamkan. Berbicara Pemisalan, andai kelak ada Putra daerah lain menjadi pejabat semacam gubernur di Sulsel, Anggota DPR di Provinsi, menteri atau presiden, yang sebelumnya pernah ditolak sekolah di Pangkep padahal ia sebenarnya mampu lulus/diterima di sekolah itu dan lantas ia kecewa waktu itu karena tidak bisa sekolah di tempat yang ia idam-idamkan, apakah kira-kira ia akan mampu melupakan kekecewaannya terhadap Pangkep yang pernah menolaknya dulu? Apakah dia akan tetap peduli terhadap Pangkep?. Mungkin saja…dia akan mempersulit apa-apa yang ada hubungannya dengan Pangkep. Pohon tidak akan pernah melupakan dimana akarnya tumbuh dan akhirnya berbuah, namun tentu pohon juga akan tetap ingat dimana akarnya pernah ditolak bukan karena tak mampu merambat tapi karena sengaja diputus. Kita tidak perlu menyayangkan guru-guru kita di Pangkep mengajar orang dari daerah lain, karena semuanya sama-sama generasi bangsa. Kalau cita-citanya memang hanya ingin sukses di tingkat kabupaten/kota berarti benar, mereka hanya bisa berkontribusi bagi daerah mereka….tapi kalau suksesnya di tingkat provinsi atau nasional?? jelas kontribusinya juga untuk Pangkep apalagi kalau pernah sekolah di Pangkep. Orang luar negeri saja mau menerima kita sekolah di negeri mereka, mengapa kita tidak…?? Padahal kita sebangsa dan setanah air yang jelas hubungan kekerabatannya jauh lebih besar, kita sesama orang Indonesia layaknya sudah seperti keluarga.

3.      Undang-undang  Perlindungan Hak Anak kalau tidak salah UU No. 22 tahun 2003, diatur tentang hak setiap anak untuk memperoleh pendidikan yang layak. Jadi mereka berhak mengenyam pendidikan dimanapun selama mereka memiliki kompetensi untuk lulus/diterima di sekolah itu.


4.      Setelah proses wawancara tidak langsung dari sejumlah siswa dari daerah luar, kebanyakan diantara mereka memiliki keluarga di Pangkep, ada juga keturunan Pangkep asli tapi tinggal lama di daerah lain, karena orangtuanya merantau atau ada tugas di luar daerah yang mengharuskan pendidikan mereka sebelumnya di daerah lain. Sehingga tidak ada salahnya mereka sekolah di Pangkep.

5.      Kesempatan bagi putra daerah sebenarnya dibuka seluas-luasnya, karena setahu saya…sosialisasi langsung dari Pihak sekolah hanya dilakukan di Pangkep, sementara dari daerah lain, informasi yang mereka peroleh hanya dari keluarganya di Pangkep atau teman di jejaring sosial, serta ketika mereka melihat SMA Unggulan berkompetisi di provinsi ataupun nasional. Jadi menurut saya, kesempatan telah dibuka sebesar-besarnya bagi putra daerah. Mengenai lolos atau tidaknya, menurut saya itu tergantung kompetensi dan usaha masing-masing siswa.

6.      Sebenarnya Barru juga memiliki sekolah Unggulan, yaitu SMAN 2 Barru yang dibangun setahun lebih muda dari SMAN 2 Pangkajene, bahkan katanya mereka sempat melakukan studi banding ke SMAN 2 Pangkajene, yang berarti Pemkab Barru juga berkomitmen membuat sekolah unggulan. Dan itu berarti mereka tidak hanya memperbaiki/bekerja keras di tingkat SMP tapi mereka juga bekerja keras di tingkat sekolah menengah atas untuk membangun SDM daerah mereka.


7.      Banyak juga sebenarnya putra daerah yang menyia-nyiakan kesempatan dan membuang jatah /hak putra-putri daerah(teman-temannya sendiri), dibuktikan dengan masih adanya sejumlah anak daerah yang hanya ingin uji kemampuan pada seleksi masuk di SMA Unggulan maupun Andalan, dibuktikan dengan adanya yang tidak mendaftar ulang atau memutuskan pindah ke sekolah lain setelah diterima. Justru malah dari daerah lain yang berkomitmen besar melanjutkan sekolah di Pangkep.  Kebanyakan juga putra daerah sekolah di daerah lain bukan karena tidak ada ruang di daerah sendiri, tetapi karena pilihan mereka sendiri.

8.      Realitas yang lebih memprihatinkan, ada sejumlah putra daerah yang setelah diterima di SMA Unggulan, justru memilih pindah dengan alasan banyak tugas, aturannya terlalu ketat dan tidak mau belajar keras….nah! kalau begini, siapakah yang pantas disalahkan?. Jelas ini bukan kesalahan sistem sekolah.


9.      Sebenarnya yang masuk di SMA Unggulan, tidak sepenuhnya orang pintar.  Banyak yang biasa-biasa saja saat masuk, tapi berhasil dididik oleh sekolah hingga berhasil. Contohnya saya sendiri. Saya masuk di SMA Unggulan 2010 lalu, di SMP saya hanya bisa merasakan sekali juara…itupun juara 2 di tingkat kabupaten. Tapi setelah masuk SMA Unggulan, saya merasa jauh lebih baik, saya sudah mampu merasakan hangatnya kmenangan di tingkat Provinsi dan hangatnya kompetisi di Tingkat Nasional. Ada juga seorang teman angkatan saya, katanya waktu SMP dia itu biasa-biasa saja..tapi stelah di SMA Ungggulan, akhirnya dia malah jadi peringkat 1 Umum terus.  dan tidak hanya itu yang demikian….tetapi banyak diantara teman-teman. Sehingga menurut saya, itu patut dikatakan Luar Biasa…Orangtua bahkan banyak yang tidak percaya dengan kemampuan anaknya yang sungguh diluar dugaan setelah masuk di SMA Unggulan.

10.  Mengenai kompetensi dan kapabilitas, sebenarnya Putra-putri Pangkep tidak kalah bersaing dengan putra-putri daerah lain yang sekolah di Pangkep, buktinya peringkat umum setiap angkatan di SMA Unggulan masih didominasi orang Pangkep.  Sebenarnya orang pulau juga memiliki kesempatan yang sama besar dalam Penerimaan siswa baru, tapi yang disayangkan…sangat kurang anak pulau yang mendaftar, padahal saya yakin kalau saja ada kemauan dan usaha dari mereka…pasti mereka bisa lolos masuk SMA Unggulan walaupun pake tes. Jadi sekali lagi, permasalahannya berasal dari anak daerah yang tidak ada kemauan untuk belajar keras padahal kesempatan telah dibuka seluas-luasnya.

11.  Intensitas pendaftar dari daerah lain yang mendaftar di Pangkep sebenarnya merupakan penggambaran bagusnya kualitas pendidikan di Pangkep karena tidak mungkin mereka jauh-jauh mendaftar ke pangkep tanpa alasan yang rasional. Sekolah yang dibangun terus bertambah dan sampai saat ini, hingga penerimaan angkatan kelima, yang diterima di SMA Unggulan Pangkep masih didominasi oleh orang Pangkep dengan perbedaan yang sangat signifikan. Perbandingannya masih sangat tinggi…sehingga SMA Unggulan pasti terus didominasi putri-putri daerah sendiri selama masih banyak anak daerah yang tidak berpikiran “takut banyak tugas, aturannya terlalu ketat dan tidak bisa belajar keras,”


Saya mengemukakan hal diatas bukan landasan teoritis semata, tapi juga faktual di lapangan. Berdasarkan hal-hal di atas, menurut saya sistem yang diterapkan kedua sekolah sudah cukup adil dan memenuhi rasa keadilan walaupun kita semua tahu yang bisa memutuskan adil seadil-adilnya hanya Tuhan.
Saya tidak tahu, pendapat saya benar atau tidak….karena saya masih memiliki pemahaman dan pengetahuan  sangat minim. Tapi saya sepakat dengan saran Pak Mansyur Eppe, ada baiknya pimpinan Pemda Kab.Pangkep  meminta saran dan pendapat masyarakat mengenai segala proses pembangunan di Pangkep termasuk pembangunan di sektor pendidikan sehingga hasilnya merupakan hasil yang benar-benar demokratis dan tentunya dapat mengarahkan kualitas daerah yang lebih baik, karena itu keinginan kita semua sebagai orang Pangkep.
***
Sekali lagi saya berterima kasih kepada bapak Mansyur Eppe yang mau memperhatikan kami putra-putri Pangkep,…jujur saya tersanjung dan bangga membaca catatan bapak di Facebook…saya pribadi sebagai putra Pangkep merasa disayangi dan diperhatikan. Dan orang-orang yang mau peduli seperti bapak sudah jarang dimiliki oleh daerah ini, tetap lanjutkan Pak….!!:) ini semua demi maju dan berkembangnya daerah kita J. Jika ada kebenaran pada apa yang saya paparkan, itu milik Tuhan, tapi jika salah…itu kesalahan saya dan anggap saja…saya orang bodoh yang sementara belajar berpendapat. Mohon maaf apabila ada kata-kata saya yang kurang berkenan, saya masih butuh lebih banyak belajar…Terima kasih.
Pangkajene, 22 Mei 2013



Sunday, May 12, 2013

Unggulan atau Andalan??


oleh : Raniansyah
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, Unggul  berarti lebih tinggi (pandai, baik, cakap, kuat, awet, dsb); utama (terbaik, terutama) sedangkan Andal berarti dapat dipercaya, tumpuan. Kedua kata ini mengundang pertanyaan besar yang terus membayangi batok kepalaku, betapa tidak? Di kabupaten tiga dimensi ini (Pangkep) akan hadir sekolah baru berlabel ‘Andalan’, sebagai salah satu  pencanangan sekolah berprestasi di Pangkep, padahal baru pada tahun 2009 lalu berdiri sebuah sekolah berlabel ‘Unggulan’ yang juga merupakan pencanangan sekolah berprestasi.
Tahun 2009 lalu, atas inisiatif bupati Pangkep waktu itu, (Alm) Ir.Syafruddin Nur,  berdirilah sekolah bernama SMAN 2 Pangkajene Unggulan Kab.Pangkep, sekolah ini berdiri untuk mengikuti  daerah-daerah lain yang lebih dulu memiliki sekolah unggulan, melihat potensi putra-putri daerah yang tidak kalah dengan daerah lain. Selama beberapa tahun sejak berdirinya, sekolah ini membuktikan prestasi yang cukup membanggakan mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat nasional. Atas prestasi inilah, masyarakat dan kebanyakan orang lebih mengenal sekolah ini dengan nama SMA Unggulan. Setelah pemerintahan kab.Pangkep berpindah ke tangan Bapak Syamsuddin Hamid pada Tahun 2010 lalu, akhirnya beliau juga berinisiatif membuat sebuah sekolah bernama SMA 2 Andalan Labakkang, awalnya banyak yang mengira bahwa siswa SMA 2 Pangkajene yang akan ditransfer ke SMA 2 Labakkang namun ternyata tidak, SMA 2 Andalan Labakkang juga akan menerima siswa baru dan sekolah ini akan bersaing menjadi yang terbaik di kab.Pangkep.
***
 Jika ditanya mana yang akan lebih unggul, jelas jawabnya ‘SMA Negeri 2 Unggulan Pangkajene’, karena labelnya ‘unggulan’, tapi jika ditanya mana yang lebih diandalkan, maka jelas jawabannya SMA Negeri 2 Andalan Labakkang karena labelnya ‘andalan’, hehe. Pertanyaan yang lebih spesifik, adakah yang bisa menjawab jika ditanya manakah diantara kedua sekolah ini yang akan jadi terbaik di Kab.Pangkep?, manakah yang akan lebih dominan dalam prestasi?. Entahlah…!
Hari ini (Sabtu, 11 Mei 2013), saat sedang online di Facebook, saya membaca komentar bapak Mansyur Eppe (Guru SMPN 1 Pangkajene) dalam sebuah statusnya, “….prestasi dari sebuah sekolah kayaknya mengikuti aturan Fisika, ‘hukum kekekalan Prestasi’ dimana salah satu itemnya berbunyi “jumlah prestasi total adalah tetap, yang berarti jika banyak prestasi dipegang sebuah sekolah maka berarti sekolah lain tidak atau kurang kebagian atau cenderung menurun”…,” itu katanya dalam komentarnya, sejenak saya berpikir lalu membenarkan hal itu dan sangat sepakat dengan komentar itu, hehe. Pertanyaan yang mungkin juga terlintas di benak kita, lalu bagaimana dengan kabupaten yang tidak memiliki sekolah unggulan atau sekolah andalan?. Dalam status yang sama bapak Mansyur juga menuliskan “…..itu bunyi hukum ke (3) yang berbunyi jika dalam sebuah daerah, tidak ada sekolah yang menonjol atau unggul dari sekolah lainnya, maka prestasi cenderung disebarkan dengan sama rata ke semua sekolah…,”. Yah…! Pendapat itu juga sangat tepat.  Hal inilah yang melahirkan inisiatif saya untuk menulis ini dan bertanya-tanya siapakah yang akan lebih baik di kabupaten Pangkep, apakah SMA Unggulan atau Andalan?. 
Kehadiran dua sekolah pencanangan sekolah berprestasi sebenarnya bukanlah masalah, malahan semakin banyak semakin bagus…karena itu berarti putra-putri Pangkep banyak yang cerdas dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bisa ditingkatkan, namun yang ditakutkan adalah munculnya pikiran-pikiran labil seiring persaingan ketat kedua sekolah ini, jangan sampai saling menjatuhkan untuk jadi yang terbaik yang tentu akan menghancurkan putra daerah, padahal keduanya ada untuk meningkatkan eksistensi daerah di dunia pendidikan. Apalagi saya tahu betul pikiran kebanyakan orang Indonesia itu ‘siap menang, tidak pernah siap kalah’, saya juga yang pernah menjalani masa-masa SMA tahu betul, bahwa perasaan anak putih-abu abu itu selalu ingin jadi yang terbaik, semua orangpun ingin jadi yang terbaik dan dalam jiwa tidak mau kalah, sehingga pantas saja kalau melihat seorang anak SMA begitu galau dan kecewa jika kalah dalam kompetisi.
***
Jika menelaah kedua hukum prestasi yang dipaparkan pak Mansyur, maka saya menyimpulkan, jika ada 2 sekolah yang ditonjolkan dalam sebuah daerah, itu berarti prestasi dibagi dan jelas itu merupakan persaingan yang sangat alot dan ketat dan jika salah satu diantara keduanya lebih dominan prestasi maka pasti yang satunya sedikit kurang., dan disinilah SMAN 2 Pangkajene dan SMAN 2 Labakkang akan bersaing jadi yang lebih dominan. ‘Unggulan’ atau ‘Andalan’, itu hanya permasalahan label, esensinya adalah pembuktian siapa yang lebih baik. Siapa yang lengah maka dia yang akan kalah dan tentu! yang tekun dan teliti jadi pemenang.  Sebuah harapan melihat SMA Unggulan dan SMA Andalan bertemu dalam final kompetisi, jelas diantara keduanya, akan ada yang menjadi juara 1 dan itu masih sebuah pertanyaan. Pastinya kompetisi sehat harus tetap dijunjung, apalagi SMA Unggulan dan Andalan ibarat saudara yang sama-sama ingin membanggakan orangtua (daerah).  Keduanya harus mengingat, kehadiran mereka di Pangkep…bukan untuk ‘bertengkar’ tapi untuk berjuang bersama ‘memahkotai’ daerah. Jadi walaupun bersaing, yah…seharusnya tak lupa untuk tetap berangkulan sesama orang Pangkep. Menang-kalah itu persoalan kedua. Rasa Persaudaraan dan persatuan adalah yang utama, menang-kalah yah…! tergantung usaha masing-masing sih!. Kalau nanya saya, maka saya pasti mendukung dan menjagokan SMAN 2 Pangkajene karena itu sekolah saya dan saya baru saja jadi alumni disana, tapi itu jelas subjektif kan??, obyektifnya yah…siapa yang lebih banyak usaha dan doanya lah…. J
Pangkajene, 11 Mei 2013

Saturday, April 20, 2013

Puisi " 'Is' Sajak "

oleh : Raniansyah

Inilah negara komunis 
yang sering-sering disebut demokratis
selalu saja meringis
karena derita yang begitu miris

andai rasa bisa optimis
hpuskan semua rasa pesimis
walau sepanjang jalan teriring tangis
walau jejak langkah diikuti gerimis

'Is' sajak...sajak...Is
ini bukanlah senandung vokalis
ini suaranya rakyat eksis

Friday, April 12, 2013

Sebuah Catatan Hati (1104)


11 April 2013, Satu Lagi Catatan Sejarah

E
ntah apa yang bisa kulakukan untuk meluapkan dan mengungkapkan kebahagiaan yang merongrong rongga dadaku…hingga hendak meruntuhkan palung-palung hatiku.  Hari ini (11 April 2013) ada sebuah cerita yang patut terdaftar sebagai catatan sejarah perjalanan hidupku…jika aku sukses nanti, aku ingin cerita yang kali ini kembali kuceritakan pada keyboard laptopku menjadi bagian cerita autobiografi hidupku layaknya ‘Mata Kalbu Sahabat’ (Syamsuddin Hamid), ‘Anak Sejuta Bintang’ (Abu Rizal Bakrie), atau ‘Si Anak Singkong’ (Chairul Tanjung). Hehe.
Hari ini (11 April 2013) di usiaku tepat yang kedelapan belas, ada sebuah kejutan yang tak pernah kusangka sebelumnya, sebuah mahakarya yang luar biasa, sebuah Piagam Penghargaan yang tak pernah dimiliki oleh orang lain dan hanya ada 1 di dunia…mungkin bisa jadi bagian ‘on the spot’. Hehe :D. Luapan kebahagiaan ini entah ingin kuceritakan pada siapa jadi mohon maaf yah…memang hanya tulisan yang paling tepat untuk meluapkan dan menceritakan semuanya. Hari ini (11 April 2013)  Aku terpaku sejenak, diam tanpa kata layaknya lagu D’masiv kala kusingkap sebuah bingkisan berwarna cokelat, berbentuk persegi, dan dari luar..mirip sebuah bingkai, yah…ternyata memang sebuah bingkai, tapi yang dibalut oleh bingkai itu adalah sesuatu yang sangat berharga yang baru kulihat, baru kurasakan dan mungkin yang pertama di Dunia. Lebay?? Nggak juga deh, aku yakin memang yang pertama kok di dunia. Kalaupun ternyata bukan yang pertama….yang penting aku kan yakin kalau itu yang pertama jadi terima aja yah?? Hhaha yang penting aku bahagia aja yah?? Hahaha. ‘Love Award’  kata pertama yang kubaca dalam bingkisan itu, membuat rongga dadaku terasa penuh, aku ingin loncat dan teriak tapi waktu itu aku lagi di sanggar seni jadi malu-maluka kodong, kasian, kamase, kah banyak orang belah tapi pastinya senang sekalika, langsung meka kurasa kayak lulus UN...padahal belum ujian….saking senangnyami itu :P haha (*maaf bahasanya kok malah jadi gini??) haha. Di dalam bingkisan kado itu, ada sebuah sertifikat berlabel ‘Love Award’ dan sejumlah foto-fotoku dan foto-foto seorang gadis yang sangat aku sayangi, aku cintai, bidadari dari pesantren, insyaAllah titipan Tuhan yang hanya untukku…aamiin J mau tahu siapa orangnya?? ….cari sendiri….:P
Piagam Penghargaan pemenang cinta baru ada satu kan di dunia??? Iyaami itu bede’…hahaha, itulah piagam yang kuperoleh hari ini (11 April 2013), rasanya tidak ingin kulepaskan dari genggaman tuh kado…haha…bagus banget sih soalnya…pengen aja…terus lihat, kalau mau tidur aku lihatin aja terus tuh ‘Love Award’nya, sampai ngantuk..hehe, kalau perlu aku temanin tuh kadonya tidur :D haha. Terima kasih buat teman-teman Zenith 713, terima kasih banget….peristiwa hari ini pasti gak bakal aku lupain, kapan-kapan kalau ketemu aku di jalan terus lihat aku ngendarain Ferrari, sebut aja namaku tiga kali…bilang rani…rani…rani…insyaAllah pasti aku beri tumpangan..hahahaha :D. Terima kasih terkhusus kepada Garengnya Vhyfie atau Adeknya Ismi atau apalah istilahnya disana…aku sayang banget sama dia, dia udah ngajarin banyak hal padaku, pelajaran kehidupan yang nggak pernah diberikan oleh orang lain, dalam setiap butir-butir doaku…kala tiap kutengadahkan tanganku…ingin terus kusebut namanya, agar Tuhan…menguatkan cintaku untuknya….dan menjadikan dia mutiara atau berlian dalam hidupku, dan agar aku dapat menjadi imam yang baik untuk dirinya, agar cintaku padanya adalah tingkatan pertama…’Mahabbah fillah walillah’…J aamiin. Makasih juga buat teman-teman TEF yang udah mau membantu aku hari ini (11 April 2013), aku itu paling pemalu kalau berhadapan sama cewek, gak berpengalaman soalnya…haha, jadi begitumi…kalau sendirika…malu-maluka..hehe makasih Fajri nah, makasih Rangga, makasih Igi…J teman terbaikku memang semua…J
                Eeh….sekali lagi makasih buat Zenith 713, buat  gadis 3010ku , dan buat TEF, ada sesuatu yang beda kurasakan hari ini, berharga banget.. :) dan ucapan-ucapan kalian dibalik bingkai ‘love award’ dan foto-foto itu, akan selalu aku ingat…mkasih atas doanya…aku hanya bisa bilang ‘makasih’ dan ‘aamiin’, aku bakal menjaga cinta yang saat ini berbunga dalam hatiku….kini bunga-bunga itupun dikelilingi kupu-kupu yang terkadang membuatku geli, senang, bangga dan pokoknya selalu membuat aku tersenyum, akan kupajang kado itu di kamar yah…biar setiap saat aku dapat memandangnya, dan yang lebih penting membuatku termotivasi untuk berbuat lebih baik lagi untuk orang-orang disekelilingku dan orang-orang
 yang aku cintai. 

                          Pangkajene, 11 April 2013

Sunday, April 7, 2013

Harimau Telah Memakan Anaknya



Oleh : Raniansyah
    T
eringat sebuah kalimat, “seganas-ganasnya seekor harimau, ia tidak akan pernah memakan anaknya,”. Nampaknya kalimat itu patut dikaji ulang, karena banyak sekarang ‘harimau’ yang memakan anaknya sendiri. Aku begitu prihatin melihat nasib bangsa dan Negara saat ini, karena sudah begitu banyak anggota bangsa yang memakan bangsanya sendiri, menjajah bangsa sendiri untuk kepentingan sendiri karena aliran egoisme.
-***-
                Aku rasanya ingin protes, hatiku terus bergejolak…waktu itu pertengahan maret 2013, saat sedang menikmati bakso di salah satu warung di jalan Kemakmuran Poros Makassar-Pare. Tiba-tiba mataku tertuju kepada seorang bapak yang juga ikut makan bakso bersama anaknya yang kira-kira berumur 4 tahun, bapaknya makan dengan lahap menikmati semangkok bakso dengan porsi yang lumayan mengenyangkan sementara anaknya dipesankannya 2 ribu rupiah bakso, yah…4 buah bakso, ketika bakso anaknya habis, anak itu merengek minta nambah, sementara bapaknya terus makan dengan lahap tanpa mempedulikan anaknya, ketika anaknya mulai merengek lebih nyaring, tiba-tiba bapak itu membentak anak itu dan mengancam akan memukul anak itu, “diamko…!! sudahmi…! kucambo’ko itu saya,” kata bapak itu dengan wajah geram sambil terus menikmati baksonya, Anak itu terdiam lalu menatap bapaknya menikmati baksonya dengan begitu lahapnya. Ahh…aku terharu…mata anak itu berbinar, hampir saja kuteteskan air mata di tempat itu. Aku berpikir, ternyata di dunia ini masih ada dan mungkin masih banyak orang tua yang mementingkan dirinya sendiri dibandingkan anaknya sekalipun. Tiba-tiba bapak itu menatapku, mungkin menyadari kalau sedari tadi aku memperhatikannya, aku membuang pandanganku mencoba memperhatikan yang lain lalu kembali menyantap baksoku. Yah! peristiwa itu mungkin masih secuil bukti bahwa sekarang banyak orang yang telah hanyut dalam aliran sesat bernama ‘egois’. Aku tahu, akhir-akhir ini berita di TV banyak yang memberitakan tentang kekerasan terhadap anak, ada orang tua yang tega memperkosa anaknya, ada orangtua yang tega menjual anaknya, bahkan ada orangtua yang tega membunuh anaknya. Aku tahu…aku yakin, sekarang harimau sudah terlalu ganas sehingga tega memakan anaknya.  Bahkan kalimat “seganas-ganasnya harimau, ia takkan memakan anaknya,” tak pantas lagi diucapkan dari bibir insan manusia.
-***-
                 Bangsa ini telah dipenuhi oleh harimau-harimau ganas yang tega memakan anaknya sendiri, banyak yang telah jauh melenceng dari nilai-nilai pancasila. Entah apa yang membuat semuanya tergelincir begitu jauh dari rel-rel konstitusi. Bukankah ketuhanan Yang Maha Esa telah tergantikan oleh Keuangan Yang Maha Kuasa??, bukankah kemanusiaan yang adil dan beradab telah teriliminasi dengan keberingasan, premanisme dan hukum rimba??, bukankah persatuan  Indonesia telah digantikan oleh separatisme dan individualism? Permusyawaratan telah jauh dari harapan dan banyak diselesaikan dengan kekerasan dan konflik horizontal? Bukankah keadilan sosial telah ‘terdeportasi’ oleh transaksi suap-menyuap? Bukankah demokrasi kini telah hancur dan amburadul tercampuradukkan dengan Industri. Ahh….akankah bangsa ini siap menghadapi kehancuran?, akankah negeri ini mampu menghadapi ‘gempuran-gempuran meriam’ penjajah bangsa sendiri. Aku mengakui bahwa aksi demonstrasi serta memerdekakan perasaan dan pikiran adalah sesuatu yang wajar dalam Negara demokrasi, namun aku tidak pernah membenarkan tindakan-tindakan yang melenceng dari amanat konsituti alias inconstitutional
Aku sungguh tak habis pikir, di bulan Maret 2013…begitu banyak berita yang membuat mata tercengang dan tak ayal mengundang tanda tanya besar, mulai dari penyerangan kantor polisi oleh TNI, penyerangan Lapas oleh ‘pasukan siluman’ dan kericuhan pemilukada di Palopo, menjadi bukti bobroknya bangsa ini, sekaligus jadi bukti berlakunya hukum rimba di negeri yang katanya demokratis ini, kalau berlaku hukum rimba berarti masyarakatnya primitif dong?, kalau primitif, kok banyak yang ngaku intelek??, kok banyak yang ngaku modern? Tapi kenyataan membuktikan bahwa rakyat saat ini memang masih primitif, bukankah tindakan koruptif termasuk primitif?? Hahaha berarti koruptor yang rata-rata dikenal pintar. Kok bisa yah, primitif?. Mata dan telinga hampir tak menemukan lagi berita-berita yang enak didengar dan membuat hati tenteram, headline-headline media massa didominasi oleh berita buruk, semuanya merisaukan dan tentunya menggalaukan bagi yang punya nasionalisme.
Aku kini semakin kuat dengan pendapatku dalam sebuah essaiku sebelumnya, Jika Indonesia saat ini belum benar-benar merdeka, Merdeka menurutku yaitu ketika seseorang mampu melangkahkan kaki dengan rasa aman dan tenteram, tapi apakah itu yang dirasakan bangsa ini sekarang??, tidak…!! Bang Napi dalam sebuah acara berita sering berpesan “Kejahatan terjadi bukan karena ada niat pelakunya, tapi karena ada kesempatan…waspadalaah…! Waspadalah..!,”. Bukankah kata ‘waspada’ mengindikasikan rasa tidak aman atau tidak tenteram, dan itu berarti kita belum merdeka, semua itu terbukti dengan serentetan peristiwa memalukan dan amoral sepanjang Maret 2013. Hanya pantas bertanya, berita buruk apa berikutnya?. Jangan sampai ada yang mengatakan “oh..pantas banyak masalah, karena tahun 2013, sedangkan 13 adalah angka sial,”, enak aja…mau nyalahin angka, jelas-jelas ini kesalahan si dalang berita buruk yang bego, tolol, bodo’…tidak mengerti aturan, memalukan…Ahh…
-***-
                Kita hanya menunggu penerus untuk menjadi pelurus bangsa ini, tapi kalau penerus juga sudah bobrok, apalagi yang ingin ditunggu? Kalau anak harimau telah dimakan oleh induknya, apalagi yang kita tunggu? Bukankah harapan kita sudah pupus?. Ahh…keberhasilan menghadapi tantangan zaman akan menjadi jawaban akan masa depan bangsa ini, tapi sederet peristiwa membuktikan bahwa kita tak mampu melawan tantangan zaman yang cukup kuat.  Kalau sumber hukum tertinggi seperti Pancasila, nilai-nilainya telah jauh melenceng, maka letak Negara hukum Indonesia dimana?? Posisi demokratis dimana?. Sampai botak pun, kita tak mungkin menemukan jawabannya, toh! hukum sekarang hanya tulisan sementara pengaplikasian, sungguh…jauh dari harapan, lebih didominasi oleh dendam dan aksi premanisme atau hukum rimba. Pastinya di era sekarang ini, tak pantas lagi ada yang mengatakan kalau seganas-ganasnya harimau, tak mungkin memakan anaknya, harimau sekarang telah memakan anaknya, bangsa sendiri pun telah menjajah negaranya, tentu karena ego masing-masing. Ahh*
Pangkajene, 1 Maret 2013