Thursday, August 30, 2012

Essai. Awas…! Ada Tikus Raksasa di POLRI


Awas…! Ada Tikus Raksasa di POLRI
By : Raniansyah


M
emang kehidupan ini aneh…bahkan menjadi orang Indonesia saja rasanya sangat aneh. Bagaimana tidak?? Negara ini katanya demokratis, yah..benar demokratis, berpihak pada rakyat…tapi eitzz…pada rakyat yang berduit, sedangkan yang lemah menjadi bulan-bulanan pahitnya ketidak-adilan negeri ini. Nampaknya pantun yang berbunyi “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian” itu patut ditinjau ulang, bagaimana tidak? Rakyat Indonesia yang lemah selama ini bersakit-sakit dan senang itu hanya jadi impian, lihat saja anak-anak di pinggir jalan dengan pakaian kumalnya dengan kaleng atau karung atau Koran di tangannya, mereka selama ini bersakit-sakit lalu apa mereka pernah bahagia atau senang?? Tidak….
                                                           ***
            Negeri ini kini terjebak dalam jeratan kapitalis dengan mendewakan uang dan status sosial, siapa yang berduit dan berstatus terpandang maka akan menang dalam segala hal, sedangkan  yang  tidak berduit dan lemah harus tertindas seolah tak pernah merdeka. memang di negeri ini banyak orang yang terpandang. tapi sayang,  sudah jarang yang terhormat, kadang banyak orang memilih terhormat dengan melakukan pekerjaan rendah daripada harus buang harga diri dengan memcuri hak orang lain. Berbicara masalah mencuri maka koruptorlah yang pasti terlintas, dia adalah penjahat  extra ordinary crime  yang menyengsarakan jutaan jiwa, lebih sadis daripada teroris. Bahkan koruptor lebih rendah dari PSK, teringat kala seorang guruku di SMA bernama bapak Yamin pada tahun 2010 berkata  “ PSK itu masih memiliki harga diri lebih besar daripada koruptor, lihat saja…kalau PSK tertangkap maka ia akan berusaha menutupi wajahnya karena malu, sedangkan koruptor, sudah jelas-jelas salah, ia masih melambaikan tangan” . yah….itu benar dan sangat sering terjadi. Bahkan sudah jelas salah, dia masih berusaha mencari pembenaran untuk dirinya. Membayar kuasa hukum mahal-mahal demi pembenaran kesalahan fatal, bahkan hukum negeri ini juga dibeli dengan uang apalagi koruptor banyak uangnya, utss…jangan ribut…ini rahasia umum. Tak ada orang miskin yang punya pengacara, tak ada orang miskin yang bisa membeli hukum, karena sekali lagi, demokratis itu berubah pengertian di Indonesia menjadi kedaulatan rakyat berduit. Hmm…miris rasanya melihat keadaan negeri ini, tapi mau diapa lagi?? Sudah terlanjur begini…..peraturan pun mungkin memanjakan koruptor dengan remisi dan pembebasan bersyarat yang mengatasnamakan hak asasi tanpa memikirkan hak asasi jutaan rakyat yang direbut koruptor. Dasar…koruptor manusia jalang.
                                                               ***
            Pekan pertama Agustus 2012, mataku tertuju pada sejumlah berita di stasiun TV swasta yang dimeriahkan..dihebohkan dengan terjeratnya 2 jenderal polisi  dalam kasus korupsi simulator sim dari Korps Lalu-Lintas Mabes POLRI, terjadi rebutan kasus antara Polisi dan KPK, seolah tragedi Cicak VS Buaya kembali terulang tahun ini…sementara  Presiden SBY melalui juru bicaranya mengatakan kalau KPK dan POLRI harus bersinergi, tapi apa? Keduanya sama-sama berebut menyelidiki kasus itu, semuanya merasa lebih dulu melakukan penyidikan. Padahal sudah ada aturannya, kalau KPK sudah menyelidiki, tidak ada yang berhak campur tangan, biarkan KPK yang menyelidiki. Sedangkan pada kejadian ini, POLRI seolah tak mau mengalah dan telah menahan 5 tersangka, yang 3 diantaranya sama dengan yang ditetapkan KPK.  Jelas ini adalah kesimpang-siuran yang patut diselidiki, jangan sampai ada kasus lebih besar atau ada tikus lebih besar disembunyikan…entahlah??  Karena rata-rata kasus korupsi itu tidak dikerjakan sendiri tapi gotong-royong. Hmm…pastinya siapapun yang tertangkap dan terbukti korupsi wajib ditahan dan dicopot jabatannya walaupun jenderal Polisi sekalipun.
            Polisi juga manusia, Polisi yang selama ini dipercaya sebagai salah satu insan penegak hukum justru bisa juga melakukan korupsi dan menjatuhkan martabat insan hukum negeri ini. mungkin memang benar, selama kantong masih menghadap ke atas, maka pasti akan tetap ada pencuri, tikus yang biasanya hanya memakan isi gabah rakyat dan menyisakan kulitnya kini semakin rakus dengan memakan habis sampai karung-karungnya dan tikus rakus itu adalah koruptor, profesi yang tidak bosannya menyengsarakan jutaan Rakyat. Mereka tidak pernah bahagia, koruptor itu orang-orang besar yang banyak uangnya tapi masih saja mau menambah kekayaan walau dengan mencuri uang Negara. Karena pendidikan mereka besar tapi jiwa dan perasaan mereka nihil…selalu mencari kebahagiaan dengan uang padahal mereka tidak tahu kalau kebahagiaan itu diciptakan bukan dicari. Yah…karena otak mereka kapitalis, dan daging termulia bernama hati dalam dirinya sudah rusak. Perilakunya murahan….memalukan…tidak terhormat dan patut dihujat. Hmmm,,,,benar-benar layaknya tikus kelaparan, tikus rakus yang telah berubah jadi lebih rakus.
                                                            ***
            Aku berharap, semoga yang membaca ini bukan bakal koruptor. Tapi jika ada koruptor atau bakal koruptor yang membacanya (Koruptor, sadar diri ), maka semoga terhina dengan ini dan sadar….kalau dia manusia paling murahan di dunia ini.*hehe
Pangkep, 10 Agustus 2012