Monday, January 30, 2012

Esai, Bukan Telur atau Ember Tapi Keteladanan

Bukan Telur atau Ember Tapi Keteladanan
            Tanpa terasa Maulid itu akan tiba  juga, tak ada yang lebih laku selain telur dipasaran, mengapa ?? karena telur menjadi sesuatu yang khas dalam peringatan Maulid, emberpun ikut laku, pedagang pun ikut diuntungkan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa hari-hari besar itu membawa berkah bagi hampir semua orang, hmm...ember yang berisi makanan dan pernak pernik nampang tersusun didalam hampir semua Masjid di Indonesia, orang bugis-Makassar sering menamainya ‘Baku’ ‘. Hampir semua orang beranggapan bahwa tidak ada Maulid tanpa telur dan ember baku’ di Masjid, namun sesuatu yang patut disesalkan bahwa hanya sebagian kecil orang yang beranggapan bahwa “Tidak ada Maulid tanpa perubahan yang lebih baik menuju Hamba yang senantiasa meneladani Rasulullah SAW”.
            Hmm,...Rasulullah SAW tak mewariskan telur atau ember kepada hambanya, beliau juga tak mewariskan harta/dirham namun beliau mewariskan ilmu yang akan membawa hambanya menuju kebahagiaan. Namun terkadang kita seolah-olah menjadikan telur dan ember itu suatu keharusan saat Maulid, jarang sekali yang menjadikan Maulid sebagai titik menuju hamba yang lebih baik. Aku sama sekali tidak menyalahkan telur atau ember selama kita mampu dan kita ikhlas karena itu adalah budaya kita Masyarakat Indonesia saat Maulid, namun perlu kita ketahui bahwa acara semacam itu hanya bersifat ceremonial dan perlu ada wujud nyata/ makna dari Maulid itu sendiri. Kita sekarang bisa dibilang “krisis Keteladanan, mengapa ?? dari yang kita saksikan dari mata kita, tindakan manusia telah banyak menyalahi aturan dan tidak sesuai yang diajarkan Rasulullah. Zinah dimana-mana, padahal jelas-jelas Nabi pernah bersabda “Jangan sekali-sekali mendekati Zinah”, mendekati saja tidak boleh apalagi melakukan. Kapitalisme berkembang dinegeri ini, kaum yang merasa besar dan kuat, banyak uang menindas kaum lemah, miskin dan tak mampu apa-apa,  lalu apa tindakan penegak Hukum kita ???.... mereka seolah-olah seperti sarang Laba-laba, meloloskan yang kuat dan jelas yang lemah terperangkap, ini sebagai bukti keadilan mulai tenggelam dari Indonesia. Sedekah yang biasa dilakukan Nabi SAW semasa hidupnya kini mulai ditinggalkan dan dianggap memberatkan, terkadang manusia lebih memilih membelanjakan uangnya untuk hal yang tidak penting dibanding berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Jelang pemilu para kandidat pemimpin(DPR,DPD, Presiden, Bupati, Gubernur, dll) tebar janji-janji manis namun setelah terpilih..apa yang terjadi ??? janji itu tak pernah ada buktinya, bahkan terkadang justru menyengsarakan rakyat, padahal Rasulullah SAW sangat menentang semua itu, lalu apa gunanya kita merayakan Maulid Nabi SAW jika kita tak pernah mengambil pelajaran dan arti penting dari Maulid itu ??.
            Andaikan semua Manusia dapat meneladani Rasulullah SAW, pasti Negara ini akan akan maju, tenteram dan damai. Namun sepertinya itu angan yang lucu..karena sepertinya itu mustahil terjadi. Lalu siapkah kita terluntah-luntah nanti diakhirat ketika Rasulullah tidak mengakui kita sebagai hambanya, lalu akhirnya dilempar ke Neraka ??, semua itu kita sendiri yang menentukan..yang pasti Telur dan ember bukanlah yang utama dalam perayaan Maulid, tapi Keteladanan Rasulullah yang musti kita ikuti.
            Kita harus kembali meneladani setiap sikap dan sifat beliau, agar harta terbesar(Ilmu, Keteladanan) yang beliau wariskan tidak hilang sia-sia dan itu tentu merugikan kita sendiri. Nah...bukan hal yang mustahil jika Maulid kali ini menjadi titik balik kita untuk meneladani Rasulullah SAW. *
Pangkajene, 29 Januari 2012
           

Monday, January 23, 2012

Esai, Pakaian Orang Bugis-Makassar Itu Siri’ Na Pacce

Pakaian Orang Bugis-Makassar Itu Siri’ Na Pacce
            Hmm..sedikit ku merenung mendengar cerita dari temanku sore itu (senin,23 Januari 2012) melalui sms, saat aku sedang baring tiba-tiba handphoneku berdering dan ternyata satu pesan diterima, pengirim pesan itu adalah seorang teman bernama Uswatun Hasanah, yah isi pesannya seperti ini “Tugas belum selesai, tapi malas di warnet..banyak orang iseng-iseng.,.,ish sok kenalnya lagi”, sempat terbersit tawa membaca sms itu, aku selanjutnya menanyakan  hal itu ternyata ia malas ke warnet karena jengkel dengan cowo yang terus saja mengganggunya yang sementara sibuk mengerjakan tugas, hmm..akhirnya dia pulang dan mencari tugasnya melalui Hp. Malamnya aku menyempatkan diri membuka Facebook dan kubaca status satu-persatu, ada satu status yang menarik karena penulisnya adalah adik dari temanku yang siang itu mengirim sms luapan kejengkelan, sepertinya jengkel juga...”gak punya Sopan Santun” itu katanya.. lalu aku mengomentari status itu dan mencoba menebak-nebak permasalahan ..haha..ternyata tebakanku benar, dia merasa risih kakaknya diganggu sama orang waktu di Warnet.. hehe...
slalu ada makna disetiap cerita..hmm aku kini membuktikan bahwa orang bugis-Makassar memang benar-benar menjadikan Siri’ Na pacce sebagai pakaiannya, Siri’ Na Pacce adalah pakaian kehormatan orang Bugis-Makassar yang sesungguhnya. Teman itu telah menjadi secercah bukti nyata tentang Siri’ Na Pacce, lebih baik kita mencari jalan lain walau susah demi menjaga yang namanya Siri’ Na Pacce.
Orang yang memiliki Siri’ Na Pacce berarti memiliki pakaian kehormatan dan yang tidak memiliki berarti seolah-olah telah telanjang, aku tidak habis fikir sebegitu bisanya seorang mengganggu orang lain yang jelas risih dengan keberadaannya bahkan orang lain pun risih..hmm apakah dia tidak memiliki Siri’ Na Pacce ??, kehormatan orang Bugis-Makassar adalah kewibawaan yang tak ternilai harganya.
Berbicara ketika dibutuhkan dan setiap kata slalu bermakna, bertindak dan ngomong sedikit namun hasil yang luar biasa..itulah hasil dari sebuah pakaian “Siri’ Na Pacce”, Siri’ Na pacce adalah batas kehormatan kita yang tak akan pernah dapat dihargai walau dengan berkarung-karung uang bahkan dengan nyawa sekalipun.
Teringat kembali cerita dari seorang teman bernama Arif dari Takalar, malam itu(Rabu, 30 November 2011) saat sedang mengikuti Kongres Anak Sul-Sul 2011, dan kebetulan sekamar di Hotel..kami berbagi cerita..banyak sekali cerita, satu kisahnya yang semakin membuatku percaya bahwa Siri’ Na Pacce adalah kehormatan yang tak ternilai harganya. Begini ceritanya, dia pernah dikeroyok oleh sekelompok anak di sekolahnya dan apa yang dikatakan ayahnya ketika Arif menceritakan itu ??? ayahnya berkata “ Nak, kalau kamu dipukul tanpa ada kesalahan kamu, pukul balik..lawanki !!.saya sangat senang kalau kamu mati karena memperjuangkan kehormatanmu”, itu hal yang sangat luar biasa...kehormatan adalah nyawa orang Bugis-Makassar.

Namun sekarang telah jarang orang yang menanamkan nilai-nilai Siri’ Na Pacce, bahkan terkadang uang telah mampu membeli pakaian kehormatan itu, hmm..benar-benar miris hati melihat dan mendengar seorang saudara sesama orang Bugis-Makassar yang membuang nilai-nilai Siri’ Na Pacce. Satu lagi, aku teringat dengan salah satu tulisan waktu itu saat Kongres Anak Sul-Sel tahun 2011 berlangsung, seorang Pemateri bertanya “Apa yang membuat kalian bangga menjadi anak Sul-Sel??” lalu semua peserta Kongres dibagi dalam beberapa kelompok dan menuliskan jawaban mereka pada selembar kertas dan selanjutnya di tempel pada dinding yang disediakan waktu itu dan kuiingat ada kata “ kami bangga menjadi anak Sul-Sel karena “Siri’ Na Paccena”, yah...memang kebudayaan dan sekaligus pakaian kehormatan yang menunjukkan jati diri yang sesungguhnya dari orang Bugis-Makassar.
Semoga kita tetap menjunjung nilai ini sebagai warisan yang sangat berharga dan takkan ternilai oleh nyawa sekalipun.*

Pangkep, 23 januari 2012

Pentingnya Pendidikan Bagi Generasi Bangsa

Assalamu alaikum wr.wb.
Yang terhormat bapak/ibu guru
Yang terhormat bapak/ibu staf pegawai
Beserta teman-teman yang sama berbagahagia
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah,rahmat dan hidayatnyalah sehingga saat ini kita dapat hadir bersama-sama di tempat ini. Salam serta shalawat senantiasa kita haturkan kepada baginda Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari Alam gelap gulita menuju Alam yang terang benderang. Pada kesempatan kali ini, izinkan saya membawakan sebuah pidato berjudul “Pentingnya penduidikan bagi Generasi penerus Bangsa”
Ada yang mengatakan bahwa generasi adalah masa depan bangsa, generasi adalah pilar-pilar bangsa dan generasi merupakan teropong masa depan bangsa. Olehnya itu perbaikilah genarasi dan InsyaAllah bangsa itu akan maju, kemajuan suatu negara tergantung pada generasinya, kita lihat negara kita sekarang yang dalam segala bidang mengalami kekurangan, generasi pemerintah kita adalah generasi yang buruk, akibatnya rakyat  semakin melarat karena kasus korupsi yang semakin sering terjadi dan dilakukan oleh kalangan-kalangan atas negeri ini. Semua itu perlu kita benahi dengan pendidikan yang lebih baik terhadap generasi penerus bangsa, pemerintah telah menciptakan suatu program berlabel “pendidikan karakter” itu semua diharapkan agar lahir generasi yang benar-benar berkarakter  sehingga mampu menjadi tiang yang kokoh bagi masa depan bangsa dan menjadi generasi yang memajukan bangsa.
Untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik, semua pihak perlu bekerjasama mulai dari pihak pemerintah, sekolah, keluarga dan lingkungan sekitar, pihak pemerintah perlu menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih memadai dari segi sarana dan prasarana, pihak sekolah perlu meningkatkan sistem pembelajaran kepada siswanya, orang tua perlu memotivasi anaknya dan anak itu sendiri harus mampu belajar sungguh-sungguh agar kelak tidak hanya menjadi generasi penerus tetapi juga menjadi generasi pelurus yang memajukan bangsa.

Kita semua menginginkan kemajuan bangsa olehnya itu kita harus mulai dari yang dasar atau akar-akarnya yaitu menciptakan generasi yang berpendidikan lebih baik, artinya kita mnciptakan pelajar yang berilmu bukan pelajar yang pintar tapi jadi penerus yang korupsi. Artinya perlu ada pembinaan dari segi pengetahuan umum dan Akhlaknya.
Mungkin cukup sekian pidato saya hari ini, semoga kita dapat bekerjasama untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik bagi generasi bangsa untuk kemajuan bangsa. Dan semoga kita dapat mengambil pesan positif dari pidato saya, apabila ada kekurangan sekiranya mohon dimaklumi dan dimaafkan.
Wassalamu Alaikum Wr.Wr