Tuesday, November 5, 2013

Essai :Pancasila? Doa semu.

Oleh : Raniansyah (ASAS 2013)
Inilah negara kapitalis-liberalis
sering saja disebut Negara demokratis
selalu saja menangis, slalu saja meringis
karena derita yang begitu miris
Andai rasa bisa optimis
hapuskan semua rasa pesimis
walau  jejak langkah teriring tangis
walau tapak kaki diikuti gerimis

ini bukanlah senandung vokalis
yang terdengar harmonis
ini bukan pula karya penulis
yang kadang sangat puitis
tapi ini suara rakyat yang saat ini bernasib ’tragis’
“Pancasila itu ideologi terbaik, karena pancasila lahir dari penggabungan dua ideologi besar, yaitu Liberal (thesa) dan Komunis (antithesa) dan terbentuklah Pancasila (Synthesa),” terang bapak Idris Buyung dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum, pertengahan september lalu. Benarkah pancasila sebagai Ideologi terbaik? Lantas apa penyebab semua keterpurukan dan kebobrokan yang saat ini melanda negeri ini?  Bukankah Ideologi adalah pondasi sebuah bangsa….? Kalau Pancasila kuat, mengapa Indonesia seolah berada di garis batas kehancuran?
***
Orang bijak sering berkata, “perkataan adalah doa,”  teori yang diucapkan pun bisa jadi doa, dan itulah yang mungkin terjadi pada Pancasila. Pancasila hanya doa, doa yang terkadang sangat jauh dari harapan, doa semu yang terlalu sulit bersanding dengan Ikhtiar  atau usaha, malahan  justru terlalu sering bersanding dengan sikap, perilaku, perbuatan atau perkataan nyeleweng yang  jauh dari nilai-nilai yang diharapkan.  “Ketuhanan Yang Maha Esa kenapa belakangan ini jadi keuangan yang maha kuasa?,  kemanusiaan yang Adil dan beradab, kenapa kebengisan ada dimana-mana?, Persatuan Indonesia, kenapa separatisme, bentrok dimana-mana? Kerakyatan jadi elitisme, demokrasi menjadi bagian dari industri, sementara keadilan Sosial masih dipertanyakan,” tanggap Hasyim Muzadi (tokoh agama) dalam acara “Suara Anda : Suara Konstitusi” MetroTV beberapa tahun lalu. Itukah yang diharapkan dari ideologi kita yang terbaik (katanya)?. Benarkah yang dikatakan oleh Hasyim Muzadi?? Entahlah…!hati dan pikiran rasional kita pasti mampu menjawabnya.
***
Rabu, 2 Oktober 2013. Sekelompok mahasiswa terlihat berbincang santai di pelataran sekretariat BEM Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin. Mereka menyebut diskusi santai mereka dengan sebutan ‘diskusi pelataran’, kegiatan diskusi itu merupakan follow up Pembinaan Mahasiswa Hukum 2013 tahap pertama yang telah sukses terlaksana 28-29 september lalu. Hmm…yang penting dari diskusi kali ini, adalah materi bahasan tentang  “Pandangan Dunia : Ideologi”.  Beragam pertanyaan dan komentar bermunculan seiring  jalannya diskusi, yah..!! itulah mahasiswa Fakultas Hukum, rasa ingin tahunya bisa dikatakan ‘extra ordinary’ gitulah ! hehe.  Dari diskusi kali ini, setidaknya lahir lagi setitik kepedulian pada tanah air  tempat kami berpijak saat ini, sebuah keprihatinan dari mahasiswa yang masih semester satu, entah sampai kapan keprihatinan itu akan bertahan. Pastinya dengan harapan, mereka akan tetap memegang erat keprihatinan itu sepanjang hidup mereka, apalagi jika diantara mereka ada yang jadi pemimpin atau orang penting yang dimiliki bangsa ini di masa mendatang.
***
Terlalu bangga, yah!...sangat bangga bersembunyi di balik ideologi terbaik berlabel ‘Pancasila’ namun tak tahu bahwa saat ini Pancasila hanya sekedar landasan teori normatif semata yang  tak mampu menemukan  ‘jati diri’ empirisnya .  karena siapa? Bukan salah pancasila, tapi salah manusia yang menganggapnya sebagai landasan hidup, pandangan hidup…tapi sering melakukan penyelewengan yang sangat kontras dengan nilai-nilainya. Akhir-akhir ini berkembang sebuah virus baru bernama ‘neoliberalisme’, sebuah upaya pennggelapan ideologI liberalis-kapital dengan cara baru di Negara yang katanya demokratis ini. Apa buktinya? Mini market dimana-mana, akhirnya usaha rakyat kecil menjadi hancur….yang punya modal besar  berkuasa sementara yang bermodal kecil dibiarkan mati usaha lalu akhirnya busung lapar dan mati kelaparan. Yang besar menindas yang kecil, yang kuat menindas yang lemah. Sementara Pemimpin negeri sibuk menciptakan lagu disaat rakyat sangat butuh perhatian konkret. memangnya lagunya itu bisa menyembuhkan orang busung lapar?, memangnya lagunya itu bisa membuat kaya, orang miskin? Memangnya lagunya itu bisa mempekerjakan pengangguran? Tidak…!!. Pemimpin kita sudah terjajah paradigma barat yang mereka tidak sadari, apa itu?  “King can do no wrong” , raja atau pemimpin dapat melakukan apapun tanpa bersalah, ataupun sekedar rasa bersalah. Masih butuh bukti? Lihatlah pemimpin kita melemparkan makanan ditengah-tengah orang kelaparan, membiarkan mereka berebutan, saling berdesakan, dan akhirnya terinjak-injak, sementara dia tetap tersenyum diatas kursi tahtanya, yah…itulah analogi pembagian Bantuan Langsung Sementara Masyarakarat (BLSM) yang berlangsung ricuh beberapa waktu lalu lantaran kebanyakan tidak tepat sasaran. Prihatin, saya turut hadir dalam proses penerimaan BLSM itu di beberapa kecamatan di Kabupaten Pangkep untuk menyaksikan proses itu sendiri secara langsung. Sangat ironis, karena semua kecamatan yang kukunjungi pasti ada kasus ‘tidak tepat sasaran’ bahkan di salah satu kecamatan, ada seorang wanita paruh baya menangis terisak-isak datang ke kantor camat karena pantas mendapat bantuan itu tapi justru tidak memperoleh. Inikah cara baru pemerintah menyakiti rakyat?. Pemandangan miris yang dapat pula disaksikan adalah nenek-nenek jompo yang berdesakan separuh nyawa, ada orang  cacat yang datang merangkak…karena katanya tidak dapat diwakili semua demi duit 300 ribu, inilah cara baru pemerintah menyakiti rakyat kecil.
Benar!, pancasila sekarang hanyalah doa, doa semu yang jarang diaplikasikan dan diusahakan. Pancasila hanya sekedar teori yang  berusaha berdiri setelah dihantam neoliberalisme-kapitalis dahsyat yang telah menumbuhkan akar-akarnya di negeri tercinta ini . entah kapan akan dicabut, entah kapan akan enyah dari bumi ini,  entah kapan Pancasila itu bukan lagi sebagai doa, tapi sebagai fakta.
Bumi huruhara ini masih tetaplah bumi huruhara selama Pancasila itu hanya teori yang tidak menemukan jati diri empirisnya. Tak ada ideologi terbaik untuk Negara kita selain Pancasila, tapi mengapa kita masih saja terjajah dalam lelap tanpa sadar paradigma asli kita telah dimusnahkan oleh rudal-rudal dan meriam-meriam ideologi yang tidak seharusnya ada di negeri ini.

Makassar, 2 Oktober 2013
Comments
0 Comments

0 comments: