Pagi itu ketika upacara bendera berlangsung seorang teman yang ada didepanku berbalik ke belakang dan bertanya kepadaku “kenapa itu ada bulan, padahal ini kan sudah pagi?,”, segera aku menjawab “karena bulan tak mau mengalah dengan matahari “, mendengar jawabanku seorang teman yang berada didekatku lantas berkata “wah, ! puitisnya kata-katanya,’’ Aku benar-benar bingung, aku juga tidak tahu kenapa aku menjawab demikian, mungkin karena terlalu banyak berkhayal, mungkin faktanya tidak begitu !, mungkin ada pelajaran dibalik itu !, atau mungkin ada sesuatu yang berusaha dimaknai melalui hal itu, ah,…! Terlalu banyak kata ‘mungkin’ yang membuatku bingung.
Ku coba menatap bulan itu yang masih menampakkan diri diantara teriknya mentari, bulan itu tidak kelihatan begitu jelas diantara sinar mentari. Terkadang ku dibuat bingung oleh fenomena tersebut, antara fakta ilmu Astronomi dan apa yang ada didalam kepalaku, kadang kuberpikir kalau fenomena tersebut karena bulan tak mau mengalah, sedangkan matahari tak pernah menampakkan dirinya pada malam hari, itu mungkin karena matahari berusaha bekerja maksimal pada siang harinya sehingga ia selalu hadir mengisi hari-hari dengan indah. Tidak pernah ku mendengar fenomena matahari sabit, ia selalu tampil dengan bentuk sempurnanya, sementara bulan kadang terlalu memaksakan diri untuk hadir siang-malam sehingga tak mampu hadir mengisi setiap indahnya Malam. Dan mungkin karena itu ada fenomena bulan sabit, dimana bulan tak nampak sempurna sesuai bentuk aslinya.
Mungkin fenomena bulan ini dapat disamakan dengan yang ada di negara kita saat ini, semua orang berusaha menduduki kursi jabatan dan selalu berusaha berkiprah walau sebenarnya mereka tak pantas dan tak mampu, mereka tak pernah mau berbagi tugas dengan orang yang lebih pantas,, semuanya ingin dikerjakan sendiri, bukan karena sebuah kesungguhan tapi untuk sebuah nama dan uang(materi),, itulah sebabnya banyak orang di negara ini tidak bekerja maksimal, bekerja asal-asalan dan tentunya hasilnya juga asal-asalan karena terlalu memaksakan diri untuk bekerja sendiri, memaksakan diri tuk menjadi pantas namun tak pantas, memaksakan diri tuk mampu tapi tak mampu, berusaha mengerjakan semua bidang yang menghasilkan materi dan tak pernah berniat berbagi tugas dengan orang lain yang lebih pantas dan lebih mampu.
Kejadian seperti ini mengingatkanku pada kampung kecil, Orang-orang berebut menjadi Imam Masjid dan menjadi guru mengaji setelah pemerintah menyediakan subsidi untuk mereka, padahal sebelumnya, saat belum ada subsidi, semua sibuk mengajukan nama orang lain tuk menjadi Imam dan lain-lain namun setelah ada subsidi, semua sibuk mengajukan nama masing-masing, bahkan ada yang berusaha menjadi Imam kampung sekaligus Imam masjid, walaupun sebenarnya masih ada orang lain yang lebih berhak dan lebih pantas, sehingga mereka bekerja tidak maksimal, hmm….apakah sekarang negara ini benar-benar manganut kapitalisme, semua dapat dilakukan karena uang dan semua dianggap besar karena uang, bahkan mungkin kebahagian telah diukur dengan uang,! Semua dianggap mudah dengan uang, siapa yang memiliki banyak uang maka dia yang berkuasa, berhak melakukan apa saja dengan uang. Bekerja dengan memaksakan diri tuk hal yang tak layak dan tak mampu dilakukan sehingga hasil tidak maksimal namun upah double, memakan gaji buta !, apakah sekarang nama Agama telah disamakan dengan nilai subsidi ?, apakah sekarang harga diri dapat disamakan dengan nilai subsidi ?. apakah sekarang semua orang benar-benar telah menganggap bahwa uang adalah dewa yang bisa digunakan tuk apa saja.
Hmmm,……Semua itu kembali pada diri kita sendiri, bagaimana pandangan kita ?, semoga yang membaca ini bukan penganut kapitalisme, tapi saya berharap ini dibaca oleh penganut kapitalisme agar saat ini menjadi titik balik tuk berubah.
Pangkep, 19 September 2011