Tema : Nasionalisme dan Patriotisme
Membangun Indonesia Melalui Pesan
Pahlawan
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selamat Siang,
Yang saya hormati bapak Guru
yang saya hormati hadirin dan hadirat
teman-teman yang saya cintai.
yang saya hormati hadirin dan hadirat
teman-teman yang saya cintai.
Pada hari ini,
10 November 2012, kita telah memperingati Hari Pahlawan Nasional yang ke 67,
sejarah yang terjadi pada tanggal 10 November 1945 yaitu pertempuran dasyat
melawan penjajah yang terjadi di Surabaya hingga ribuan nyawa melayang. Mereka,
para pahlawan Indonesia telah berjuang mempersembahkan jiwa dan raganya untuk
kemerdekaan Indonesia yang telah kita rasakan saat ini, tapi keadaan Negara
kita sekarang ini seolah kembali dalam jeritan penjajah yang dilakukan oleh
bangsa sendiri. Beberapa waktu lalu kita menyaksikan konflik antara masyarakat
di Lampung selatan yang tentunya merongrong persatuan rakyat Indonesia. di
Ambon juga terjadi aksi serupa beserta berbagai kericuhan di tanah air. Korupsi
pun kini telah menjadi penyangga eksistensi republik ini.
Hadirin yang
saya hormati,
Rasanya kita
perlu kembali menengok sejarah dan bercermin betapa sulit para leluhur kita,
para founding father kita untuk meraih kemerdekaan. Lalu, apakah kita ingin
merusak dan menodai segalanya dengan perlakuan yang tidak mencerminkan
kecintaan terhadap tanah air yang sesungguhnya?. Tentu tidak, oleh karena itu
saya mengajak saudara sekalian untuk mengingat pesan-pesan pahlawan yang mereka
ucapkan sebelum menghembuskan nafas terakhir.
Hadirin yang
berbahagia.
sultan
Hasanuddin pernah berpesan
“Sesungguhnya
karena kesabaran rakyatku bersedia memberikan apa yang mereka inginkan dalam
perjanjian Bongaya melalui aku, tapi
mereka menghendaki jantungku, dan hati ini adalah martabat setiap manusia,“
kata sultan Hasanuddin saat akan menyetujui perjanjian Bongaya
“Bugis-Makassar
adalah Saudara, aku dan Raja Bone bukanlah Musuh” kalimat terakhir yang
diucapkan Sultan Hasanuddin kala hendak menghembuskan nafasnya yang terakhir
dalam keadaan sujud disaksikan seluruh penghuni benteng Somba Opu waktu itu.
Kita semua saudara, sipakatauki…saling
memanusiakanlah sipaikainge’ki, saling mengingatkanlah, sipakalebbi’ki…saling
menghargailah. siri’ na pacce, lebih baik mati dengan kehormatan daripada hidup
menanggung malu. Terus tegakkan kebenaran untuk kemaslahatan umum tanpa pandang
bulu, apapun yang terjadi sebagai sosok “Towarani”, ksatria pemberani yang
sesungguhnya.
Tidak hanya itu, Andi Mappe, seorang pahlawan Pangkep pernah berkata “Ulebirreng buru
e…ala na najajae Balanda e…, teasinna mitai Balandae”, yang artinya “Lebih baik
saya mati berkalang tanah/hancur daripada dijajah Belanda , saya sudah tidak
mau lihat Belanda”. Kita tentu tahu maksud pahlawan kita, mereka tentu akan
sangat kecewa jika melihat penerusnya justru menghancurkan bangsa sendiri. Oleh
karena itu mari kita jadikan momen peringatan Hari Pahlawan ke-67 ini sebagai
titik tolak untuk memulai perubahan dan memperbaiki Indonesia agar tercipta
bangsa dan negara yang benar-benar merdeka.
Terima kasih atas perhatiannya, Wassalamu’alaikum
wr.wb.