UNSUR INTRINSIK NOVEL ‘MEUTIA LON
SAYANG’
Sinopsis
Novel karangan Arafat Nur ini
menceritakan tentang perjalanan hidup seorang Gadis bernama Meutia dari Aceh
yang harus menerima kenyataan pahit hidupnya. Di usianya yang masih dini, dia
menemukan kedua orang tuanya tewas akibat dibantai sekelompok orang yang menamai
dirinya dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), mereka membunuh kedua orang tua
Meutia karena dianggap sebagai pengkhianat karena ayah Meutia menjadi mata-mata
TNI. Bahkan Meutia juga menjadi incaran pembantaian namun diselamatkan oleh
teman ayahnya bernama Cek Leman. Setelah itu Meutia masuk ke pesantren, namun
karena persoalan biaya akhirnya Meutia keluar dari pesantren dan tinggal di
rumah bibinya yang bernama Cek Munah, kehidupan bibinya juga sangat sederhana
bahkan kekurangan karena pemannya diduga tenggelam di tengah laut bersama
perahu boatnya.
Semenjak tinggal di rumah cek munah,
Meutia sering membantu cek Munah, namun di balik semua itu, Meutia masih
menyimpan kesedihan mendalam atas pembantaian kedua orang-tuanya. Ia merasa
belum ikhlas atas kejadian itu, ia pun sangat sering menulis curahan hatinya
dalam secarik kertas yang katanya untuk Tuhan. Kebiasannya menulis surat itu
terus berlangsung seiring luka mendalam yang masih dipendamnya. Hingga suatu
hari ia bertemu dengan seorang pemuda yang sangat mirip dengan kakeknya,
namanya Teungku Muaz. Teungku Muazlah yang banyak menginspirasi Meutia secara
bertahap untuk mampu melupakan kenangan buruk itu, karena ia juga memiliki
kenangan buruk yang hampir sama dengan Meutia. hingga akhirnya teungku Muaz menyatakan
cintanya kepada Meutia, sehingga Meutia sedikit demi sedikit telah mampu ikhlas
atas apa yang terjadi pada hidupnya. Sekian
ü Tema :
Perjunganan Hidup
ü Alur :
Maju-mundur
ü Penokohan
:
· Meutia
Meutia memiliki karakter pendiam,
pemalu dan Meutia merupakan tipe orang yang tidak mudah melupakan kejadian
buruk yang menimpa hidupnya walaupun telah bertahun-tahun lamanya (larut dalam
kesedihan)
· Teungku
Muaz (Guru mengaji Meutia)
Baik, bijaksana dan berkharizma,
sebagai seorang Ustad, Teungku Muaz memiliki jiwa yang besar dan penyabar.
· Cek
Leman (teman ayah Meutia)
Baik dan berani, karena selalu
berusaha untuk menjaga Meutia agar tidak menjadi korban pembantaian seperti
yang dialami keluarganya.
· Cek
Munah (Bibi Meutia)
Baik, karena telah mau merawat Meutia walaupun dia juga dalam
kekurangan, selain itu juga memiliki karakter yang sabar.
· Alan
(sepupu Meutia)
Rajin membantu orang tua.
· Nurul
(sepupu Meutia)
Cerewet dan ceplas-ceplos.
· Nursyah
(murid kakek Meutia)
Baik dan peduli sesama
· Abu
Chik (Kakek Meutia)
Patuh kepada agama, berkharizma, dan
berjiwa besar.
· Intan
(teman Meutia dan Nurul)
Cerewet dan sering mencari tahu urusan
orang.
· Cupo
Baren
Suka mencela orang lain dan malas
· Cupo
Ranteng
Suka mencela orang lain dan malas
· Cupo
Maneh
Peduli dengan orang lain dan baik.
ü Latar :
·
Tempat :
Di Rumah, Sigli (daerah di Provinsi Aceh), Lhokseumawe (daerah pesisir pantai),
balai pengajian (baleh), pesantren
tradisional (dayah), pasar ikan (pajak engkoet), laut, surau atau langgar
(meunasahII), penampungan korban
bencana alam.
·
Suasana :
khawatir, tegang, bahagia, sedih, senang.
·
Waktu : malam
hari, sorehari, pagi hari.
ü Sudut
pandang : Orang ke III (serba tahu) karena
penulis menceritakan secara rinci novel tersebut baik itu tentang suasana hati
Meutia maupun karakter setiap tokoh.
ü Amanat :
·
Jangan
pernah berputus asa dalam menjalani kehidupan di dunia.
·
Selalu
bertawakkal ketika mendapat musibah.
·
Saling
tolong-menolong sesama manusia.
·
Berpegang
teguhlah kepada agama yang dianut.
·
Jangan
mencela sesama manusia, seharusnya kita saling menghormati dan menyayangi.