Awas…! Ada Tikus Raksasa di POLRI
By : Raniansyah
By : Raniansyah
M
|
emang kehidupan ini aneh…bahkan menjadi orang Indonesia saja
rasanya sangat aneh. Bagaimana tidak?? Negara ini katanya demokratis,
yah..benar demokratis, berpihak pada rakyat…tapi eitzz…pada rakyat yang berduit,
sedangkan yang lemah menjadi bulan-bulanan pahitnya ketidak-adilan negeri ini.
Nampaknya pantun yang berbunyi “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang
ketepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian” itu patut ditinjau
ulang, bagaimana tidak? Rakyat Indonesia yang lemah selama ini bersakit-sakit
dan senang itu hanya jadi impian, lihat saja anak-anak di pinggir jalan dengan
pakaian kumalnya dengan kaleng atau karung atau Koran di tangannya, mereka
selama ini bersakit-sakit lalu apa mereka pernah bahagia atau senang?? Tidak….
***
Negeri ini
kini terjebak dalam jeratan kapitalis dengan mendewakan uang dan status sosial,
siapa yang berduit dan berstatus terpandang maka akan menang dalam segala hal,
sedangkan yang tidak berduit dan lemah harus tertindas seolah
tak pernah merdeka. memang di negeri ini banyak orang yang terpandang. tapi
sayang, sudah jarang yang terhormat, kadang
banyak orang memilih terhormat dengan melakukan pekerjaan rendah daripada harus
buang harga diri dengan memcuri hak orang lain. Berbicara masalah mencuri maka
koruptorlah yang pasti terlintas, dia adalah penjahat extra
ordinary crime yang menyengsarakan
jutaan jiwa, lebih sadis daripada teroris. Bahkan koruptor lebih rendah dari
PSK, teringat kala seorang guruku di SMA bernama bapak Yamin pada tahun 2010
berkata “ PSK itu masih memiliki harga
diri lebih besar daripada koruptor, lihat saja…kalau PSK tertangkap maka ia akan
berusaha menutupi wajahnya karena malu, sedangkan koruptor, sudah jelas-jelas
salah, ia masih melambaikan tangan” . yah….itu benar dan sangat sering terjadi.
Bahkan sudah jelas salah, dia masih berusaha mencari pembenaran untuk dirinya.
Membayar kuasa hukum mahal-mahal demi pembenaran kesalahan fatal, bahkan hukum
negeri ini juga dibeli dengan uang apalagi koruptor banyak uangnya, utss…jangan
ribut…ini rahasia umum. Tak ada orang miskin yang punya pengacara, tak ada
orang miskin yang bisa membeli hukum, karena sekali lagi, demokratis itu berubah
pengertian di Indonesia menjadi kedaulatan rakyat berduit. Hmm…miris rasanya
melihat keadaan negeri ini, tapi mau diapa lagi?? Sudah terlanjur
begini…..peraturan pun mungkin memanjakan koruptor dengan remisi dan pembebasan
bersyarat yang mengatasnamakan hak asasi tanpa memikirkan hak asasi jutaan
rakyat yang direbut koruptor. Dasar…koruptor manusia jalang.
***
Pekan
pertama Agustus 2012, mataku tertuju pada sejumlah berita di stasiun TV swasta
yang dimeriahkan..dihebohkan dengan terjeratnya 2 jenderal polisi dalam kasus korupsi simulator sim dari Korps
Lalu-Lintas Mabes POLRI, terjadi rebutan kasus antara Polisi dan KPK, seolah tragedi
Cicak VS Buaya kembali terulang tahun ini…sementara Presiden SBY melalui juru bicaranya
mengatakan kalau KPK dan POLRI harus bersinergi, tapi apa? Keduanya sama-sama
berebut menyelidiki kasus itu, semuanya merasa lebih dulu melakukan penyidikan.
Padahal sudah ada aturannya, kalau KPK sudah menyelidiki, tidak ada yang berhak
campur tangan, biarkan KPK yang menyelidiki. Sedangkan pada kejadian ini, POLRI
seolah tak mau mengalah dan telah menahan 5 tersangka, yang 3 diantaranya sama
dengan yang ditetapkan KPK. Jelas ini
adalah kesimpang-siuran yang patut diselidiki, jangan sampai ada kasus lebih
besar atau ada tikus lebih besar disembunyikan…entahlah?? Karena rata-rata kasus korupsi itu tidak
dikerjakan sendiri tapi gotong-royong. Hmm…pastinya siapapun yang tertangkap
dan terbukti korupsi wajib ditahan dan dicopot jabatannya walaupun jenderal
Polisi sekalipun.
Polisi juga
manusia, Polisi yang selama ini dipercaya sebagai salah satu insan penegak
hukum justru bisa juga melakukan korupsi dan menjatuhkan martabat insan hukum
negeri ini. mungkin memang benar, selama kantong masih menghadap ke atas, maka
pasti akan tetap ada pencuri, tikus yang biasanya hanya memakan isi gabah
rakyat dan menyisakan kulitnya kini semakin rakus dengan memakan habis sampai
karung-karungnya dan tikus rakus itu adalah koruptor, profesi yang tidak
bosannya menyengsarakan jutaan Rakyat. Mereka tidak pernah bahagia, koruptor
itu orang-orang besar yang banyak uangnya tapi masih saja mau menambah kekayaan
walau dengan mencuri uang Negara. Karena pendidikan mereka besar tapi jiwa dan
perasaan mereka nihil…selalu mencari kebahagiaan dengan uang padahal mereka
tidak tahu kalau kebahagiaan itu diciptakan bukan dicari. Yah…karena otak
mereka kapitalis, dan daging termulia bernama hati dalam dirinya sudah rusak.
Perilakunya murahan….memalukan…tidak terhormat dan patut dihujat.
Hmmm,,,,benar-benar layaknya tikus kelaparan, tikus rakus yang telah berubah
jadi lebih rakus.
***
Aku
berharap, semoga yang membaca ini bukan bakal koruptor. Tapi jika ada koruptor
atau bakal koruptor yang membacanya (Koruptor, sadar diri ), maka semoga
terhina dengan ini dan sadar….kalau dia manusia paling murahan di dunia
ini.*hehe
Pangkep, 10 Agustus 2012