karya : Raniansyah
Untukmu wahai petinggi negeri
untukmu wahai elite politik
untukmu wahai wakil rakyat
lihatlah anak-anak di sana
berjalan menjajakan korannya
mengetuk setiap pintu mobil.
lihat pula yang di sana
menengadah dengan kaleng kosongnya
menunggu yang lewat kan mengasihi
untukmu wahai elite politik
untukmu wahai wakil rakyat
lihatlah anak-anak di sana
berjalan menjajakan korannya
mengetuk setiap pintu mobil.
lihat pula yang di sana
menengadah dengan kaleng kosongnya
menunggu yang lewat kan mengasihi
Wahai yang duduk di kuris mewah
lihat kami kini berambut kusam
tatap wajah kami, kini pucat
pandang tubuh ini tak berdaging
tinggal tulang-tulang lemah
tanpa daya tanpa arti.
lihat kami kini berambut kusam
tatap wajah kami, kini pucat
pandang tubuh ini tak berdaging
tinggal tulang-tulang lemah
tanpa daya tanpa arti.
Perut kami semakin perih
cacing menggerogoti pun mennjerit
sakit….ahhh…..sakit
lihat kaki kami kini terluka
oleh kerikil tajamnya kehidupan
telanjang tak beralas
cacing menggerogoti pun mennjerit
sakit….ahhh…..sakit
lihat kaki kami kini terluka
oleh kerikil tajamnya kehidupan
telanjang tak beralas
Wahai yang
bermobil mewah
lihat badan yang kini berdebu
yang kini menggigil tanpa pakaian
lihatlah gubuk-gubuk kami
kini musnah tersapu angin…
apakah kalian peduli kami ?
lihat badan yang kini berdebu
yang kini menggigil tanpa pakaian
lihatlah gubuk-gubuk kami
kini musnah tersapu angin…
apakah kalian peduli kami ?
Wahai engkau yang bahagia di sana
lihatlah kami di sini terluka
terluka dari luka yang paling luka
wahai yang berpakaian rapi di sana
yang berpidato disaksikan banyak orang
yang disanjung, yang dihormati
duduk diatas jabatan keagunganmu
pandang kami,….lihat anak-anak kami
kini mengais makanan dari tong sampah
lihat mereka jijik kepada kami
mereka menertawakan kami,,,ha,,ha..ha
lihatlah kami di sini terluka
terluka dari luka yang paling luka
wahai yang berpakaian rapi di sana
yang berpidato disaksikan banyak orang
yang disanjung, yang dihormati
duduk diatas jabatan keagunganmu
pandang kami,….lihat anak-anak kami
kini mengais makanan dari tong sampah
lihat mereka jijik kepada kami
mereka menertawakan kami,,,ha,,ha..ha
Saat luka-luka gores tubuh kami
darah ini mengalir
rasa sakit ini tak tertahan…ah….sangat sakit
tapi apa peduli mereka?
mereka hanya diam, melongo…lalu?
mereka pergi
tak pernah ada yang peduli
darah ini mengalir
rasa sakit ini tak tertahan…ah….sangat sakit
tapi apa peduli mereka?
mereka hanya diam, melongo…lalu?
mereka pergi
tak pernah ada yang peduli
Kami terluka….sangat luka
luka dari luka paling luka
kadang kami dianggap sampah
selalu kami dianggap seperti binatang
bahkan kami seolah bukan manusia lagi
sering kami dianggap tak ada….tak pernah ada.
luka dari luka paling luka
kadang kami dianggap sampah
selalu kami dianggap seperti binatang
bahkan kami seolah bukan manusia lagi
sering kami dianggap tak ada….tak pernah ada.
Tolong….tolong,,,,
peduli kami….kasihani kami
atau kami harus mati
karena kejamnya dunia
oleh remukan nasib yang begitusakit
oleh tatapan sinis manusia tak berhati
atau kami harus berkalang tanah
tak ditatap, tak dihiraukan
tanpa daya tanpa arti.
peduli kami….kasihani kami
atau kami harus mati
karena kejamnya dunia
oleh remukan nasib yang begitusakit
oleh tatapan sinis manusia tak berhati
atau kami harus berkalang tanah
tak ditatap, tak dihiraukan
tanpa daya tanpa arti.
Surat kecilku kupersembahkan untukmu
kuingin kau peduli
kumau kau mampu menatap kami
kuberharap….terus berharap
walau kutahu, takkan ada yang peduli
walau kutahu akhirnya, semua kan tega padaku
walau akhirnya kuharus terbujur
terbaring dengan tubuhku yang kumal
terkapar dengan tubuhku yang luka
tanpa daya…tanpa arti….
kuingin kau peduli
kumau kau mampu menatap kami
kuberharap….terus berharap
walau kutahu, takkan ada yang peduli
walau kutahu akhirnya, semua kan tega padaku
walau akhirnya kuharus terbujur
terbaring dengan tubuhku yang kumal
terkapar dengan tubuhku yang luka
tanpa daya…tanpa arti….