Bukan Telur atau Ember Tapi Keteladanan
Tanpa terasa Maulid itu akan tiba juga, tak ada yang lebih laku selain telur dipasaran, mengapa ?? karena telur menjadi sesuatu yang khas dalam peringatan Maulid, emberpun ikut laku, pedagang pun ikut diuntungkan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa hari-hari besar itu membawa berkah bagi hampir semua orang, hmm...ember yang berisi makanan dan pernak pernik nampang tersusun didalam hampir semua Masjid di Indonesia, orang bugis-Makassar sering menamainya ‘Baku’ ‘. Hampir semua orang beranggapan bahwa tidak ada Maulid tanpa telur dan ember baku’ di Masjid, namun sesuatu yang patut disesalkan bahwa hanya sebagian kecil orang yang beranggapan bahwa “Tidak ada Maulid tanpa perubahan yang lebih baik menuju Hamba yang senantiasa meneladani Rasulullah SAW”.
Hmm,...Rasulullah SAW tak mewariskan telur atau ember kepada hambanya, beliau juga tak mewariskan harta/dirham namun beliau mewariskan ilmu yang akan membawa hambanya menuju kebahagiaan. Namun terkadang kita seolah-olah menjadikan telur dan ember itu suatu keharusan saat Maulid, jarang sekali yang menjadikan Maulid sebagai titik menuju hamba yang lebih baik. Aku sama sekali tidak menyalahkan telur atau ember selama kita mampu dan kita ikhlas karena itu adalah budaya kita Masyarakat Indonesia saat Maulid, namun perlu kita ketahui bahwa acara semacam itu hanya bersifat ceremonial dan perlu ada wujud nyata/ makna dari Maulid itu sendiri. Kita sekarang bisa dibilang “krisis Keteladanan, mengapa ?? dari yang kita saksikan dari mata kita, tindakan manusia telah banyak menyalahi aturan dan tidak sesuai yang diajarkan Rasulullah. Zinah dimana-mana, padahal jelas-jelas Nabi pernah bersabda “Jangan sekali-sekali mendekati Zinah”, mendekati saja tidak boleh apalagi melakukan. Kapitalisme berkembang dinegeri ini, kaum yang merasa besar dan kuat, banyak uang menindas kaum lemah, miskin dan tak mampu apa-apa, lalu apa tindakan penegak Hukum kita ???.... mereka seolah-olah seperti sarang Laba-laba, meloloskan yang kuat dan jelas yang lemah terperangkap, ini sebagai bukti keadilan mulai tenggelam dari Indonesia. Sedekah yang biasa dilakukan Nabi SAW semasa hidupnya kini mulai ditinggalkan dan dianggap memberatkan, terkadang manusia lebih memilih membelanjakan uangnya untuk hal yang tidak penting dibanding berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Jelang pemilu para kandidat pemimpin(DPR,DPD, Presiden, Bupati, Gubernur, dll) tebar janji-janji manis namun setelah terpilih..apa yang terjadi ??? janji itu tak pernah ada buktinya, bahkan terkadang justru menyengsarakan rakyat, padahal Rasulullah SAW sangat menentang semua itu, lalu apa gunanya kita merayakan Maulid Nabi SAW jika kita tak pernah mengambil pelajaran dan arti penting dari Maulid itu ??.
Andaikan semua Manusia dapat meneladani Rasulullah SAW, pasti Negara ini akan akan maju, tenteram dan damai. Namun sepertinya itu angan yang lucu..karena sepertinya itu mustahil terjadi. Lalu siapkah kita terluntah-luntah nanti diakhirat ketika Rasulullah tidak mengakui kita sebagai hambanya, lalu akhirnya dilempar ke Neraka ??, semua itu kita sendiri yang menentukan..yang pasti Telur dan ember bukanlah yang utama dalam perayaan Maulid, tapi Keteladanan Rasulullah yang musti kita ikuti.
Kita harus kembali meneladani setiap sikap dan sifat beliau, agar harta terbesar(Ilmu, Keteladanan) yang beliau wariskan tidak hilang sia-sia dan itu tentu merugikan kita sendiri. Nah...bukan hal yang mustahil jika Maulid kali ini menjadi titik balik kita untuk meneladani Rasulullah SAW. *
Pangkajene, 29 Januari 2012